Thursday, October 14, 2010

Ketika Akhwat Melamar Ikhwan

“Tiada kehinaan bagi yang memulai kebaikan. Laki-laki maupun perempuan punya hak yang sama dalam hal melamar.”

Selama ini dipopulerkan teori bahwa laki-lakilah yang berada dalam posisi aktif dalam hal melamar, sementara perempuan dalam posisi pasif atau menunggu lamaran. Tapi kenyataannya tidak bisa dipukul rata, karena banyak juga laki-laki yang pemalu berat. Hatinya perlu diketuk agar sadar bahwa sesungguhnya ada yang sedang mendamba cintanya.:kagum:
Pada kondisi tertentu sejumlah pria sibuk dengan agenda karier, jihad, dakwah, pendidikan, dan lainnya. Ambilah contoh pria yang larut menuntut ilmu hingga sampai ke puncak teringgi dunia akademis. Sayang seribu kali sayang, dia lupa mengurus masa depan cinta. Pria yang begini neh akrab dengan sebutan PKI ( Perjaka Korban Ilmu) ~hehe.. jangan padhe marah yaa ikhwani~
Perbedaan status, juga merupakan salah satu faktor yang membuat laki-laki segan pada gadis yang lebih terhormat.Muhammad SAW adalah pegawai yang memasarkan dagangan Khadijah. Ada perbedaan status yang jelas, sehingga wajar kiranya sinyal itu selayaknya datang dari Khadijah.
Faktor-faktor budaya juga amat mempengaruhi. Santri miskin dari kalangan rakyat jelata akan berat mengutarakan niat suci terlebih dahulu pada putri ustadz yang amat disegani.
Pria dilahirkan untuk menaklukkan dunia, sedang wanita tercipta untuk menaklukkan hati laki-laki. Dengan rumus ini bisa dimaklumi bila sebagian pria terlupa agenda nikah demi perjuangan idealismenya. Bagi mereka, kebanggaan tertinggi saat melakukan hal yang hebat bagi dunia. Sementara wanita bisa memenang laki-laki idamannya merupakan anigrah terindahnya.
Wanita yang menyatakan cinta pada pria shaleh untuk menikah di jalan Allah, bukanlah perbuatan yang tercela. Ini lebih baik daripada harapan itu disimpan. Yang hanya membikin sakit karena harapan yang tidak jelas.
Menyampaikannya hanya butuh waktu semenit dua menit. Tapi untuk mengungkapkan rahasia hati luar biasa beratnya, sangat dibutuhkan kekuatan lahir batin. Asalkan sudah selesai disampaikan, maka berton-ton beban di hati hilang melayang. Selanjutnya tinggal menguatkan mental untuk menerima segala hasil dari buah usaha Qta.
Apapun hasilnya, perempuan itu akan memperoleh kepastian hitam atau putih. Hidupnya tidak lagi dirajam gelisah tanpa arah. Jika di terima Alhamdulillah, maka bersemilah bunga cinta di pernikahan yang halal. Bila belum mendapat sambutan terbuka, maka jangan patah hati. Ucapkanlah Allahu akbar!!! penolakan menambah kedewasaan jiwa menerima kenyataan hidup. Dan insya Allah akan datang jodoh yang lebih baik.
Sebenarnya tak ada aib yang patut dikhawatirkan. Syaratnya, proposal menikah disampaikan pada laki-laki sholeh. Jika dia pria baik, maka akan menerima dengan baik atau menolak dengan baik pula. Sehingga, harkat dan martabat perempuan tetap terpelihara.
Pilihannya lumayan unik: *pertama, menyampaikan isi hati sekaligus menguatkan mental untuk siap menghadapi resiko singkat. *Kedua, memendam dan menderita batin berkepanjangan hingga menjadi sesal tiada akhir.
Maka, keberanian menjadi sangat penting demi mendapatkan posisi kepastian. Khadijah adalah salah satu dari sedikit perempuan yang punya nyali meminang pria. Keberanian itu muncul dan kuat setelah berakar pada keyakinan.
Sebenarnya masih banyak proposal cinta yang datang dari pihak perempuan. Termasuk didalamnya menawarkan puteri atau saudara perempuan pada pria yang sholeh. Sikap proaktif tersebut merupakan langkah terpuji dan bertanggung jawab terhadap keturunan.
Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya mengumpulkan pada satu bab khusus hadits mengenai orangtua yang menawarkan puterinya agar dinikahi laki-laki sholeh. Seorang wali diperbolehkan bahkan disunahkan melakukan hal demikian. Bahkan ada satu bab yang mencantumkan wanita-wanita yang minta dinikahi oleh laki-laki sholeh.
Kalau orangnya berkualitas, mengapa tidak proaktif mengutarakan kejujuran hati. Jika berat menyatakan secara langsung, bisa lewat perantara ; orang yang lebih tua, saudara, sahabat dan lain-lain. Bisa pula minta bantuan ayah-bunda, teman setia, atau orang terpercaya lainnya. Bisa juga melalui perantara; (tidak ane anjurkan..!!) sepucuk surat, telepon langsung ke dia, atau dgn cara lain. Jika bernyali, silakan menyampaikan sendiri. Berani mencoba?(Jangan..lebih mendekati fitnah..)
Sumber: Di sini
Bolehkah Akhwat Melamar Ikhwan?
Tsabit al Bunnani berkata, “Aku berada di sisi Anas, dan di sebelahnya ada anak perempuannya. Anas berkata, “Seorang wanita datang kepada Rasulullah SAW. Menawarkan dirinya seraya berkata, “Wahai Rasulullah apakah engkau berhasrat kepadaku? (dan di dalam satu riwayat(1), wanita itu berkata, “wahai Rasulullah, aku datang hendak memberikan diriku padamu). Maka putri Anas berkata, “Betapa sedikitnya perasaan malunya, idih… idiih”. Anas berkata, “Dia lebih baik dari pada engkau, dia menginginkan Nabi SAW. Lalu menawarkan dirinya kepada beliau. (HR Bukhari)(2)
Bukhari membuat hadits ini di dalam bab “wanita menawarkan dirinya kepada laki-laki yang saleh”. Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Diantara kejelian Bukhari ialah bahwa ketika beliau mengetahui keistimewaan wanita yang menghibahkan dirinya kepada laki-laki tanpa mahar, maka ia meng-istimbat hukum dari hadits ini mengenai sesuatu yang tidak khusus, yaitu diperbolehkan baginya berbuat begitu. Dan jika si laki-laki menyukainya, maka bolehlah ia mengawininya” .(3)
Dan Ibnu Daqiqil ‘Id berkata, “Dalam hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan diperbolehkan wanita menawarkan dirinya kepada orang yang diharapkan berkahnya” .(4)
Di dalam syarahnya, Ibnu Hajar menambahkan penjelasan terhadap cara peminangan ini, katanya, “Dan di dalam hadits ini terdapat beberapa faedah antara lain bahwa orang yang ingin kawin dengan orang yang lebih tinggi kedudukannya itu tidak tercela, karena mungkin saja keinginan tersebut akan mendapatkan sambutan yang positif, kecuali jika menurut adat yang berlaku yang demikian itu pasti ditolak, seperti seorang rakyat jelata hendak meminang putri raja atau saudara perempuannya. Dan seorang wanita yang menginginkan kawin dengan laki-laki yang lebih tinggi kedudukannya dari pada dirinya juga tidak tercela, lebih-lebih jika dengan tujuan yang benar dan maksud yang baik, mungkin karena kelebihan agama laki-laki yang hendak dilamar, atau karena suatu keinginan yang apabila didiamkan saja akan menyebabkannya terjatuh ke dalam hal-hal yang terlarang” .(5)
Sebuah cerita bagus dikemukakan oleh salah seorang teman dari Al Jazair, bahwa ketika ia berkunjung ke Mauritania, ada seorang wanita yang datang kepadanya menawarkan diri untuk kawin dengannya. Ketika dia merasa terkejut dan heran, maka wanita itu bertanya, “Apakah aku mengajak anda untuk berbuat yang haram? Aku hanya mengajak anda untuk kawin sesuai dengan sunnah Allah dan RasulNya…”. Maka berangkatlah kami ke qadhi (pengadilan), dan terjadilah akad nikah dengan dihadiri dua orang saksi.
1) Al Bukhari. Kitab An Nikah, bab an nazhar ilal marah qablat tazwij
2) Al Bukhari. Kitab An Nikah, bab ‘ardhul mar’ah nafsaha ‘alar rajulish saleh
3) Fathul Bari
4) ‘Umdatul Ahkam
5) Fathul Bari
(isi tulisan ini berasal dari buku “Kebebasan Wanita”, jilid ke 3, karya Abdul Halim Abu Syuqqah, terbitan Gema Insani Press, 1999, Jakarta)
Sumber: Di sini
Dilamar Akhwat
Usaha mencari jodoh memang harus dilakukan sampai akhirnya bertemu dengan pendamping hidup yang tepat. Kalau urusan Ikhwan gagal lagi, maju lagi itu biasa. Biasanya aku akan mengatakan –Anda belum beruntung coba lagi– dan ditambah embel-embel bahwa Allah masih menyimpan pasangannya hingga waktunya tiba pasti Allah akan menunjukkan jalan menjemput sang bidadari.
Namun ada hal yang bergeser pola mencari pasangan hidup saat ini yang menurut salah satu temanku yang aktifis, yang ganteng dan yang sudah “mapan” tapi masih sendirian bahwa kondisi ini disebut era “reformasi” mencari pasangan hidup. Di mana menurut temanku itu akhwat-akhwat sekarang lebih berani dan lebih “agresif” menyatakan keinginannya untuk mencari pasangan hidup. Masih menurut dia bahwa seolah-olah ada gelombang SOS di kepala para akhwat lajangers itu bahwa mereka membutuhkan suami.
“Padahal para akhwat tersebut bukan dalam kategori usia rawan, maksudnya di atas 30 tahun. Bukan pula sudah selesai kuliah, atau ada kondisi yang sangat darurat sekali sehingga ia dengan berani menebar tawaran ke sana ke mari,” jelasnya lagi dan aku hanya mangut-mangut saja mendengar penjelasannya
Tentu saja saya tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat dia, namun kembali aku merenung saat ia mengutarakan bahwa ia dan beberapa ikhwan dilamar akhwat dengan berbagai cara. Mulai dari surat kaleng yang isinya mempertanyakan usia si Ikhwan yang sudah matang kok masih asyik menjomblo. Belum lagi via sms yang secara langsung menawarkan diri kepada Ikhwan tersebut. Atau melalui orang ketiga menanyakan kesiapan si Ikhwan.
“Memang tidak ada salahnya jika perempuan menawarkan dirinya terlebih dahulu kepada seorang pria untuk dijadikan istri. Kisah Khadijah dan Rasululullah sering kali dijadikan sebagai rujukan. Namun seringkali si Akhwat tidak siap terhadap reaksi yang tidak diharapkan akibat terlebih dahulu ‘menembak’ calon suami,” tambahnya lagi.
“Nggak siap ditolak gimana?” tanyaku
“Si akhwat tidak terima karena katanya ia telah mengmpulkan energi untuk berani melamar saya,” ujarnya muram.
“Ah, itu kan kasus saja dan buka kejadian umum,” belaku dan melanjutkan. “Afwan akhi antum sendiri belum menikah dan menolak tawaran itu karena apa?”
“Banyak hal yang harus disiapkan,” belanya.
“Bisa jadi para akhwat itu gemes liat antum, yang usia sudah cukup, penghasilan oke, secara fisik sempurna, sholeh lagi tapi masih setia ngejomblo,” kataku.
“Antum harusnya beruntung ada yang dengan ikhlas datang menawarkan diri berumah tangga. Nggak lihat tuh teman-teman antum harus jatuh bangun menemukan jodohnya,” tambahku.
“Iya juga sih,” jawabnya
“Lain kali kalau ada yang ngelamar, jangan ditolak ya,” kataku akhirnya.
“Doakan ya,” pintanya serius. Aku tidak begitu yakin, entahlah soalnya bukan sekali ini kami mendiskusikan hal yang sama walupun kali ini temanya ia yang dilamar seorang akhwat.

Source : http://syamsi1924.wordpress.com/akhwat/ketika-akhwat-melamar-ikhwan/

No comments:

Post a Comment