Thursday, September 16, 2010

Nak

Nak, jauh sebelum kau hadir dalam kehidupan ayah dan ibu, kami senantiasa bermohon
kepada Allah Swt agar dikaruniai keturunan yang sholeh dan sholihah, yang taat kepada Allah,
berbakti kepada orang tua, rajin beribadah dan belajar, serta dapat menjadi penerus dakwah Ilallaah.

Banyak rencana yang kami rancang, agar kelak bila kau hadir, kami sudah siap menjadi orang tua
yang baik dan mampu mendidikmu dengan didikan yang sesuai dengan dinnul Islam, tuntunan kita
seperti yang dicontohkan oleh Rosulullah Saw kepada kita.

Ayah dan Ibu ingin, kelak bila Allah mengamanahkan kepada kami seorang putri, maka dia akan
berakhlaq seperti akhlaqnya Fatimah putri Rasulullah, dan bila Allah mengamanahkan seorang putra,
maka dia akan seperti Ali.

Setelah tanda kehadiranmu mulai tampak, Ibu sering mual, muntah-muntah, sakit kepala dan sering
mau pingsan, Ibu dan Ayah bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya, kami menjagamu sepenuh hati,
serta senantiasa berharap, kelak kau lahir sebagai anak yang sehat, sempurna dan menyenangkan.

Sejak dalam rahim, kami mencoba menanamkan kalimat-kalimat tauhid kepadamu dan berupaya mengenalkanmu
kepada Sang Pencipta, dengan bacaan ayat-ayat suci-Nya, dengan senandung-senandung shalawat Nabi,
dengan nasyid-nasyid yang membangkitkan semangat da’wah dan rasa keimanan kepada Allah yang Esa.

Saat kau akan lahir, Ibu merasakan sakit yang amat sangat, seolah berada antara hidup dan mati,
namun Ibu tidak mengeluh dan putus asa, karena bayangan kehadiranmu lebih Ibu rindukan dibanding
dengan rasa sakit yang Ibu rasakan. Ibu tak henti-hentinya berdo’ a, memohon ampunan dan kekuatan
kepada Allah. Ayahpun tidak tidur beberapa malam untuk memastikan kehadiranmu, menemani dan
menguatkan Ibu, agar sanggup melahirkanmu dengan sempurna. Bacaan dzikir dan istighfar,
mengiringi kelahiranmu.

Begitu kau lahir, sungguh rasa sakit yang amat sangat sudah terlupakan begitu saja. Setelah tangismu
terdengar, seolah kebahagiaan hari itu hanya milik Ibu dan Ayah. Air mata yang tadinya hampir
tak henti mengalir karena menahan sakit, berganti menjadi senyum bahagia menyambut kelahiranmu.
Ibu dan Ayah bersyukur kepada Allah Swt, kemudian Ayah melantunkan bacaan adzan dan iqomat ditelingamu,
agar kalimat yang pertama kali kau dengar adalah kalimat Tauhid yang harus kau yakini dan kau taati
selama hidupmu.

Saat pertama kali kau isap air susu Ibu, Ibu merasakan kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada tara.
Ibu ingin memberikan semuanya kepadamu, agar kau segera tumbuh besar dan sehat. Ibu berupaya supaya
ASI ini dapat mencukupi kebutuhanmu. Ibu berupaya untuk selalu dekat denganmu, dan selalu mengajakmu
kemanapun Ibu pergi, supaya kapanpun kau lapar, Ibu selalu siaga memberikan air surgawi karunia Ilahi
itu kepadamu.

Ibu berusaha untuk selalu siap siaga menjagamu, kapanpun dan dalam keadaan apapun. Saat malam sedang
tidur lelap, Ibu akan terjaga bila kau tiba-tiba menangis karena popokmu basah atau karena kau lapar.
Saat sedang makan dan kau buang air besar, Ibu dengan rela menghentikan makan dan mengganti popokmu dulu.
Dan semuanya, Ibu lakukan dengan senang hati, tanpa rasa risih dan jijik.

Sejak kau masih dalam ayunan, Ibu senantiasa membacakan do'a dalam setiap kegiatan yang akan kau lakukan.
Ibu bacakan do'a mau makan ketika kau hendak makan, do’a mau tidur ketika kau mau tidur, dan do’a
apa saja yang harus kau tahu dan kau amalkan dalam kehidupan keseharianmu. Ibu bacakan selalu ayat kursi
dan surat-surat pendek satu persatu setiap malam, dikala mengantarmu tidur, ayat-per ayat dan
Ibu ulang berkali-kali hingga kau sanggup mengingatnya dengan baik, dengan harapan kau besar nanti
menjadi penghafal Al Qu’ran.

Ketika kau sudah mampu berbicara, subhanallah, tanpa kami duga, kau telah hafal berbagai macam do’a dan
beberapa surat pendek. Ibu bersyukur dan bangga kepadamu. Muncul harapan dalam hati ini, kelak
kau tumbuh menjadi anak yang pintar dan rajin belajar.

Tatkala kau mulai belajar sholat, dan usai sholat kau lantunkan do’a untuk orang tua, walau dengan
bacaan yang masih belum sempurna, bercucur air mata ibu karena kau telah mampu melafalkan do’a itu.
Timbul harapan dihati yang paling dalam, kelak hingga ketika Ibu dan Ayah tiada, kau tetap melantunkan
do’a itu, karena do’amu akan memberikan kepada Ibu dan Ayah pahala yang tak henti-hentinya di
yaumil-akhir. Kaulah asset masa depan bagi umi dan abi. Kau akan mampu menolong umi dan abi di
yaumil-akhir nanti, bila kau menjadi anak yang sholihah.

Nak, kehadiranmupun memberikan kepada Ibu dan Ayah pelajaran yang sangat berharga, kau mengingatkan kami
tatkala masih sepertimu. Mengingatkan dengan lebih kuat lagi, betapa besar pengorbanan yang dilakukan
oleh kakek nenekmu kepada kami, hingga Ibu dan Ayah tumbuh dewasa dan bahkan sampai menjadi orang tua
seperti mereka.

Ibu dan Ayah sangat menyayangimu, karena kami ingin kaupun menjadi anak yang penyayang terhadap sesama.
Kami hampir selalu menyertakan kata sayang dibelakang namamu saat memanggilmu, supaya hatimu senang dan
gembira bersama Ibu dan Ayahi.

Saat kau memasuki usia sekolah, Kami carikan sekolah yang baik untukmu. Sekolah yang memiliki visi
pendidikan seperti yang Ibu dan Ayah inginkan. Alhamdulillaah, saat kau mulai sekolah, telah banyak
berdiri sekolah-sekolah Islam Terpadu, sehingga kami tidak kesulitan mencarikan sekolah untukmu.
Ayah mengantarmu ke sekolah setiap pagi dan Ibu mendampingimu selalu hingga kau berani ditinggal
di sekolah sendiri.

Keperluan sekolahmu selalu kami upayakan, walau kadang harus dengan susah payah, agar kau bisa
memperoleh pendidikan yang baik dan layak untuk kehidupanmu dimasa yang akan datang. Kami senantiasa
berupaya membimbingmu untuk dapat melakukan segala sesuatu, agar saat besar nanti kau mampu melayani
dirimu sendiri.

Bila Ibu dan Ayah tidak mau melayanimu untuk hal-hal yang sudah dapat kau lakukan sendiri, itu bukan
berarti kami tidak menyayangimu, tapi justru sebaliknya. Karena Ibu dan Ayah sayang sekali padamu,
kau tidak boleh terlalu dimanjakan, hingga saat kau besar nanti, kau jadi anak yang mandiri dan
serba bisa.

Maafkan Ibu dan Ayah bila sekali waktu (atau bahkan sering) memarahimu ketika kau membuat kesalahan
yang berulang-ulang. Sungguh, sebenarnya Ibu dan Ayah tak ingin memarahimu, namun kamipun sadar
bahwa kau harus tahu dan harus dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, agar
saat kau dewasa dan telah bergaul dengan masyarakat umum nanti, kau bisa memilih untuk selalu melakukan
yang haq dan meninggalkan yang bathil. Semoga kau tidak salah sangka.

Maafkan pula bila Ibu dan Ayah selalu membatasi tontonan dan bacaanmu, karena dewasa ini sangat banyak
media yang dapat merusak pendidikan yang sudah kami terapkan kepadamu. Itu semua kami lakukan,
agar kau terpelihara dari hal-hal negatif yang akan mendangkalkan akhlaq dan perilakumu. Ibu dan Ayah
ingin, kau menjadi anak yang faqih dalam hal agama, menjadi generasi Qur’ani, dan menjadi penerus dakwah
Ilallaah.

Inilah harapan Ibu dan Ayah kepadamu, sangat banyak dan sangat ideal. Oleh karenanya, kami senantiasa
memohon petunjuk dan bimbingan dari Allah Yang Esa, yang Berkuasa dan Maha Agung, agar tidak
salah langkah dalam mendidikmu.

Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzurriyaatinaa qurrota a'yun waj’alnaa lilmuttaqiina imaaman.

No comments:

Post a Comment