Thursday, September 30, 2010

Hadist Oktober

Hikmah Jum'at “Ibnu Abbas r.a. berkata: Nabi saw. dari apa yang diriwayatkan dari Allah azza wa jalla, bersabda: Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskan keduanya, maka siapa yang niat akan berbuat kebaikan (kebaikan) lalu tidak dikerjakannya dicatat untuknya satu kebaikan, dan bila dikerjakannya dicatat oleh Allah sepuluh kebaikan, dapat bertambah hingga tujuh ratus kali, dan dapat berlipat lebih dari itu. Sebaliknya, jika niat akan berbuat keburukan (dosa) lalu tidak dikerjakan, dicatat untuknya satu kebaikan yang cukup (sempurna), dan bila niat lalu dilaksanakan maka dicatat satu dosa.” (HR. Bukhari, Muslim).


Tausyiah on monday : Kemuliaan dunia adalah kekayaan dan kemuliaan akhirat adalah ketaqwaan. Kamu, baik laki-laki maupun perempuan, kemuliaanmu adalah kekayaanmu, keutamaanmu adalah ketaqwaanmu, kedudukanmu adalah akhlakmu dan (kebanggaan) keturunanmu adalah amal perbuatanmu. (HR. Ad-Dailami).


Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.


Tausiah hari Jum'at : Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penipuan, di dalamnya orang yang berdusta dipercaya sedangkan orang yang jujur didustakan, orang yang berkhianat diberi amanah sedangkan orang yang amanah dikhianati, dan di dalamnya juga terdapat Ar-Ruwaibidlah." Ditanya, "Apa itu Ar-Ruwaibidlah wahai Rasulullah?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yaitu orang bodoh yang berbicara (memberi fatwa) dalam urusan manusia." (H.R Ahmad)



hadist A'isyah, Rasulullah s.a.w. bersabda "Sabaik-baik amal bani adam bagi Allah di hari iedul adha adalah menyembelih qurban. Di hari kiamat hewan-hewan qurban tersebut menyertai bani adam dengan tanduk-tanduknya, tulang-tulang dan bulunya, darah hewan tersebut diterima oleh Allah sebelum menetes ke bumi dan akan membersihkan mereka yang melakukannya" (H.R. Tirmizi, Ibnu Majah).

Doa2 Oktober

Ya Tuhan, berikanlah kepadaku ilmu dan masukanlah aku kedalam golongan orang2 yg saleh. Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang2 yang datang kemudian. Dan jadikanlah aku termasuk orang yang mewarisi syurga yg penuh kenikmatan".(Asy-Syu'ara:83-85)


"Ya Tuhan, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zhalim, dan selamatkanlah kami dengan curahan rahmat-Mu dari tipu daya orang- orang yang kafir." (Qs. Yunus: 85-86).

Penjelasan:
Doa ini dibaca oleh kelompok minoritas yang beriman kepada Nabi Musa a.s., setelah mereka menyaksikan kemukjizatannya dihadapan Fir'aun. Ketika itu, kaum Nabi Musa as yang terdiri dari pemuda-pemuda dalam keadaan takut, bahwa Fir'aun dan pemuka-pemukanya akan menyiksa mereka. Maka pada waktu itu pula Nabi Musa as memerintahkan kepada kaumnya agar tidak takut dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah Swt., seraya berdoa dengan lafazh doa diatas. Bisa dilihat dalam Surah Yunus ayat 83-86


Doa hari ini : "Ya Tuhan, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah segala urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, agar mereka mengerti perkataanku." (QS. Thaha: 27)

Penjelasan:
Doa di atas balk sekali dibaca ketika menghadapi kezhaliman seseorang, kelompok, dan penguasa. Juga dibaca agar mendapatkan kelancaran, kemudahan dalam berdakwah. Doa ini pula yang sering dibaca oleh para mubaligh.
Al-Quran mengisahkan, bahwa doa tersebut dibaca oleh Nabi Musa a.s. ketika mendapat perintah dari Allah Swt. agar menyampaikan risalah kepada Fir'aun. Dan akhirnya Allah Swt. mengabulkan permintaan Nabi Musa a.s., bisa dilihat dalam Al-Quran Surah Al-kahfi dari ayat 24-36.


Tausiah on Friday : "Ya Tuhan sungguh kami telah mendengar seruan yang menyeru kepada iman: "Barimanlah kamu kepada Tuhanmu, maka kami pun beriman. Ya Tuhan, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, serta matikanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbuat kebajikan. Ya Tuhan, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul-Mu, dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari kiamat nanti. Sungguh Engkau sama sekali tidak akan pernah menyalahi janji." (QS. Ali Imran: 193-294).

Penjelasan:
Baik sekali doa di atas dibaca pada setiap kesempatan, tapi lebih utama pada waktu tengah malam (sepertiga malam) sampai menjelang shubuh. Karena ayat ini pula yang dibaca Nabi Saw. ketika bangun dari tidurnya sambil memandang langit.



 "Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami berikanlah ampunan kepadaku dan kepada kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)." (QS. Ibrahim: 41-42).

Penjelasan:
Doa diatas baik sekali dibaca dalam berbagai kesempatan, agar diri kita dan keluarga kita serta turunan kita senantiasa taat dan rajin beribadah kepada Allah Swt., khususnya ibadah shalat yang telah diwajibkan.
Dalam Al-Quran dikisahkan, bahwa doa tersebut dibaca oleh Nabi Ibrahim a.s., ketika ia baru saja memohon agar kota Mekkah dijadikan kota tentram, aman dan anak turunannaya diselematkan dari menyembah berhala. Lebih detail bisa dilihat dalam Al-Ouran Surah Ibrahim ayat 35-42



"Ya Tuhanku, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari memohon sesuatu yang aku tidak mengetahui hakikatnya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampunan serta tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk golongan orang-orang yang merugi." (QS. Hud: 47).

Penjelasan:
Doa ini merupakan doanya Nabi Nuh a.s., yaitu ketika kaumnya termasuk anaknya (kan'an) ikut dihancurkan oleh Allah Swt. melalui banjir besar. Nabi Nuh a.s. perotes kepada Allah Swt., "kenapa anaknya (kan'an) ikut dihancurkan padahal dia adalah bagian dari keluargaku, dan Engkau sendiri berjanji akan menyelamatkan keluargaku dan menenggelamkan kaumku." (QS. Hud ayat 45).
Lalu Allah memberikan jawaban: "dia (Kan'an) bukan termasuk keluargamu yang dijanjikan akan diselamatkan, karena dia tidak shalih dan beriman


Tausiah for Friday : "Ya Allah, ampunilah kesalahan, kebodohan dan keterlaluanku dalam segala urusan, dan ampuni pula segala dosa yang Engkau lebih mengetahui daripada aku".                                                   "Penjelasan:
Doa-doa di atas dibaca agar kita terhindar dari segala kesalahan dan perbuatan dosa. Al-Bukhârî dan Muslim dari Abû Mûsa Al-Asy'arî meriwayatkan, bahwa Nabi Saw. biasa membaca doa ini, walaupun ia terbebas dari dosa

Tausiah hari ini "Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini." (QS. Al-Kahfi: 10).

Penjelasan:
Doa diatas baik sekali dibaca oleh para pejuang muda yang menegakkan agama Allah agar mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan. Karena doa tersebut adalah doa yang dibaca pemuda Ashhab al-Kahfi, yakni sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah Swt. hingga mendapatkan petunjuk yang sempurna dari sisi-Nya. Doa ini dibaca oleh mereka ketika akan masuk gua sebagai persembunyiannya untuk menyelamatkan agama yang hak, agama yang mereka pegangi dari fitnah-fitnah dan orang-orang zhalim. Dan Allah Swt. mengabulkan doa mereka Kisah Ashhabu al-Kahfi dapat dibaca dalam Surah Al-Kahfi dari ayat 9-26

Cerita "Surat"

​​​​SURAT PENJUAL BUAH YG PATAH HATI:
"WAJAHMU MEMANG MANGGIS,
WATAKMU JUGA MELONKOLIS,
TAPI HATIKU NANAS KARENA CEMBURU,
SIRSAK NAPASKU,
HATIKU ANGGUR LEBUR,
INI DELIMA DALAM HIDUPKU,
MEMANG INI JUGA SALAKKU,
JARANG APEL MALAM MINGGU,
YA TUHAN,
MOHON BELIMBING-MU,
KALO MEMANG PERPISANGAN INI YG TERBAIK UNTUKKU,
SEMANGKA KAU BAHAGIA DGN PRIA LAIN...
SAWONARA...."
DARI: DURIANTO

SURAT BALASAN DARI PACARNYA YANG TERNYATA TUKANG SAYUR:
"MEMBALAS KENTANG SURATMU ITU,
BROKOLI SUDAH KUBILANG,
JANGAN TIAP DATENG RAMBUTMU SELALU KUCAI,
JAGUNGMU GAK PERNAH DI CUKUR.
DISURUH DATENG MALAM MINGGU, EHH NONGOLNYA HARI LABU.
DITAMBAH KONDISI KEUANGANMU MAKIN HARI MAKIN PARE,
KALO MO NELPON AKU AJA MESTI KE WORTEL….
TERUS TERONG AJA,
CINTAKU PADAMU SUDAH LAMA TOMAT...
JANGAN KANGKUNG AKU LAGI,
CABE DEHHHHHH!!!

Thursday, September 23, 2010

Hidup Penuh KeLucuAn

Hidup ini memang penuh kelucuan. Masalahnya adalah kitalah sumber kelucuan itu. Melihat tingkah kita, sepertinya para malaikat akan gemas sekaligus geram, seperti seorang ibu muda sedang melihat anaknya yang lucu dan imut, tapi sedang bertingkah nakal. Semut, cicak, nyamuk, pohon, rerumputan, angin dan semua makluk-Nya juga akan terheran-heran melihat kelakuan kita.



Mungkin karena suasana di dalam masjid yang begitu tenang dan hening, angin pun bertiup sepoi-sepoi mengelus-elus pipi kita dengan lembutnya—apalagi di dalam masjid terdapat kipas angin atau ِAir Conditioner (AC)—pepohonan juga melambai-lambai serasa membelai rambut indah kita dengan kasih sayangnya, ditambah lagi kita sebelumnya telah melakukan aktivitas sekolah atau kerja; maka suara khatib persis seperti suara ibu kita yang mendongeng sebelum kita tidur di pembaringan, ketika kita masih kecil.





Bahkan, karena tidur ketika khutbah disampaikan sudah menjadi hal yangghalib (umum), muncullah sebuah anekdot, “Kalau ada orang menderita insomnia—susah tidur—ajak saja untuk shalat Jum‘at. Niscaya, saat mendengarkan khutbah, dia akan tertidur pulas.” Entah sikap apa yang harus diambil, apakah kita harus bangga atau tidak dengan anekdot ini. Mari kita tanyakan pada diri sendiri.

Kenapa hal itu terjadi? Tidak malukah kita kepada diri sendiri, terlebih kepada Allah? Padahal, kita adalah makhluk tertinggi, yang diciptakan dengan sangat sempurna oleh-Nya.



لَقَدْ خَلَقْنَا ٱْلإِنْسَـانَ ِفيْ أَحْسَـنِ تَقْوِيْمٍ



Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS at-Tîn [95] : 4)



وَلَقَدْ كَرَّمْناَ بَنِيْ ءَادَمَ وَحَمَلْنٰـهُمْ فىِ ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنٰـهُمْ مِّنَ ٱلطَّـيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰـهُمْ عَلىٰ كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقْناَ تَفْضِيْلاً



Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS al-Isrâ’ [17] : 70)



Marilah kita tengok lagi siapa diri kita. Apakah kita memang begitu hebat? Sudah ditemukan bahwa semua makhluk hidup memiliki alphabet DNA(DeoxyriboNucleic Acid) yang sama, yaitu A (Adenine), C (Cytosine), G(Guanine) dan T (Thymine). Dalam struktur helix ganda DNA, A berpasangan dengan T, sedangkan C berdampingan dengan G. Dalam tubuh manusia diperkirakan terdapat 100 trilyun sel. Dalam setiap inti sel terdapat 23 pasang kromosom yang disusun oleh 3 milyar huruf alphabet tadi. Jika DNA dalam setiap tubuh manusia direntangkan, maka panjangnya akan melebihi 600 kali jarak bumi dan matahari.



Bagaimana dengan otak manusia? Otak manusia terdiri lebih dari 100 milyar sel yang terdapat pada bagian luar struktur utama otak yang disebut cortex. Setiap sel merupakan satu sistem proses informasi yang kecil. Sebagai satu kesatuan, sel-sel saraf ini terdiri atas berbagai elemen dari bagian berpikir otak. Dengan adanya interaksi fisik sel-sel saraf inilah organ-organ dari otak memberikan kehidupan pada otak. Satu sel saraf pada umumnya mampu menerima sampai 15.000 sinyal secara fisik dari sel saraf lainnya dalam waktu bersamaan yang begitu cepat, yaitu sekitar 150 nano second atau 0,000000150 detik.



Sir Charles Sherington, seorang ahli saraf otak dari Inggris berkata, “Otak manusia adalah sesuatu yang tampak memesona dengan jutaan kumparan yang berkelip membentuk pola tertentu, suatu pola yang penuh arti dan tak kunjung diam, yang terdiri dari suatu perubahan yang harmoni dari pola-pola yang lebih kecil. Ini mirip seperti galaksi Bimasakti memasuki sebuah kosmik, bagaikan sedang berdansa.”



Ternyata, orang yang paling cerdas pun tidak sampai menggunakan 5% dari kemampuan otak sesungguhnya. Sampai saat ini masih diteliti terus tentang bagaimana memfungsikan otak secara optimal. Entah seperti apa kemampuan seseorang jika bisa memfungsikan 100% kemampuan otaknya. Ibarat kaset rekaman, otak kita mampu menerima informasi yang diinputkan selama 24 jam sehari, satu hal baru setiap detik, selama 30 juta tahun. Saat itulah otak baru terisi penuh.



Cobalah kita bayangkan sejenak, betapa dahsyat dan sempurnanya manusia ciptaan Allah itu, yaitu diri kita sendiri. Semua ini diciptakan bukan secara sia-sia atau untuk disia-siakan. Manusia adalah makhluk kepercayaan-Nya, wakil Allah, khalifah di muka bumi yang memiliki fungsi rahmatan lil ‘âlamîn.



Dengan kesempurnaan seperti itu, kok bisa-bisanya kita tidur ketika khutbah disampaikan? Tidakkah kita tahu bahwa mendengarkan khutbah itu hukumnya wajib? Mungkin karena kita merasa sudah pintar sehingga kita berargumen, “Ah, paling-paling isi khutbahnya itu-itu saja... Tidak uptodate, membosankan! Sudah bertahun-tahun saya shalat Jum‘at, saya sudah hapal semua materi khutbah.” Atau barangkali kita akan mengatakan, “Khatibnya nggak enak, monoton! Saya jadi malas mendengarkan khutbah. Mendingan tidur, kan nanti harus kerja lagi.”

Memang, penonton “lebih berkuasa” dibandingkan pemain. Pendengar lebih bebas berkomentar daripada khatib. Apakah kita merasa diri kita lebih hebat dari sang khatib? Kalau kita diminta untuk menjadi khatib, apakah kita mampu dan bisa lebih baik daripada khatib yang kita remehkan? Jika pertanyaan-pertanyaan itu diajukan kepada kita, lalu apa jawab kita? Mungkin kita akan bersilat lidah dengan menjawab, “Wah, saya kan bukan lulusan pesantren. Saya juga bukan alumni UIN/IAIN. Jelas saya nggak bisa. Tapi, kan... Seharusnya kalau sudah mau jadi khatib, ya resiko. Kalau memang nggak enak khutbahnya, jangan jadi khatib dech... Seperti saya saja, duduk manis.”



Marilah kita ingat lagi pesan agama, yang tersebut dalam firman Allah di dalam Al-Qur’an :

يَۤاأَيُّهَا ٱلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا قُوْا أَنْفُسَـكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ ناَرًا وَقُوْدُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ

Hai orang-orang beriman, peliharalah (jagalah) dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (QS at-Tahrîm [66] : 6)



Kaidah (peraturan umum) tentang urutan pelaksanaan suatu perintah agama adalah :

اِبْدَأُوْا بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ

Mulailah dengan apa yang Allah telah memulainya.



Dari ayat di atas, jelaslah bahwa urutan pertama perintah untuk menjaga dari api neraka ditujukan pada diri sendiri. Janganlah kita mengurusi orang lain, tetapi mengabaikan urusan sendiri. Kalau pun khatibnya tidak seperti yang kita harapkan, kita harus tetap mendengarkan khutbah dengan baik. Bukankah itu suatu kewajiban? Selain itu, di dalam khutbah juga ada peringatan kepada kita untuk senantiasa berbuat baik. Terdapat juga ilmu yang bisa kita ambil manfaatnya. Tidak ada suatu kebaikan pun yang sia-sia. Disamping itu, ada anjuran bahkan perintah agar kita mengutamakan apa yang dinasihatkan, bukan pada orangnya.



اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلاَ تَنْظُرْ مَنْ قَالَ

Perhatikan apa yang diucapkan, dan jangan melihat siapa yang bicara.



Barangkali memang kita belum tahu bahwa tidak diperkenankan untuk tidur ketika khutbah disampaikan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Rasulullah Muhammad saw. bersabda :

إِذَا قُلْتَ لِصَاحِِبكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ، وَاْلإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ

Apabila engkau berkata kepada temanmu di hari Jum‘at, “Diamlah,” padahal imam sedang berkhutbah, maka sesungguhnya engkau telah berbuat sia-sia (laghâ). (HR Bukhari)



وَمَنْ قَالَ صَهْ فَقَدْ تَكَلَّـمَ وَمَنْ تَكَلَّـمَ فَلاَ جُمُعَةَ لَهُ

Siapa mengatakan, “Diamlah,” berarti ia telah berbicara, dan siapa yang berbicara maka sesungguhnya tidak ada shalat Jum‘at baginya. (HR Ahmad)



Nah, kalau sekadar berkata “Diamlah” saja tidak diperbolehkan, apalagi tidur, yang berarti tidak mendengarkan khutbah. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa karena shalat zhuhur itu empat raka’at, sedangkan shalat Jum‘at itu dua raka’at, maka dua khutbah adalah ganti dari dua raka’at shalat Zhuhur.



Bila terkadang kita tidur ketika khutbah, kadang-kadang juga kita terlalu canggih dan kreatif, sehingga memutar tasbih untuk berdzikir sambil mendengarkan khutbah. Bisa saja karena kita meyakini diri kita adalah orang alim, otak kita begitu hebat, lebih hebat daripada mainframe bahkan super komputer, maka kita berdalih bisa melaksanakan dzikir sambil mendengarkan khutbah sekaligus, seperti konsep multi tasking dan multi threading di komputer. Kita menyamakannya dengan mendengarkan radio sambil membaca buku.



Entah dalil naqli dan aqli apa yang kita pelajari; sedangkan berkata “Diamlah” saja tidak diperbolehkan, kok kita malah mengucapkan banyak kata. Khutbah itu untuk didengarkan sepenuh hati. Kalau kita mau berdzikir, hendaklah itu dilakukan sebelum khutbah atau sesudah shalat Jum‘at. Bahkan, kegiatan seperti itu bisa membuat hati kita terjangkit penyakit riya’, supaya dianggap ahli dzkikir, yang lisannya tak henti-henti menyebut asma Allah. Na‘ûdzubillâh.



Mendengarkan khutbah dengan penuh perhatian adalah perintah junjungan kita, Nabi Muhammad saw.

مَنْ تَوَضَّـأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَاسْـتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ، وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغَا

Siapa berwudhu dengan sempurna dan pergi shalat Jum‘at, lalu mendengar khutbah dan diam (memperhatikan), maka akan diampuni dosa yang terjadi pada hari itu sampai pada Jum‘at lagi, ditambah tiga hari. Dan siapa yang bermain-main dengan kerikil (batu), berarti sia-sia Jum‘atnya.(HR Muslim dari Abu Hurairah)



Dalam kitab “Al-Adzkâr an-Nawawiyyah”, Imam Nawawi menjelaskan bahwa salah satu hal yang bisa menghentikan dzikir seseorang adalah mendengarkan khutbah Jum‘at.



Seringkali kita juga berlagak seperti orang super sibuk, sehingga datang shalat Jum‘at ketika khatib sudah di atas mimbar, bahkan ketika khutbah kedua akan berakhir. Kecuali dengan alasan yang dibenarkan syariat (‘udzur syar‘i), janganlah kita melakukan itu. Bukankah Allah menganugerahkan kepada kita kemampuan yang sangat luar biasa? Tidakkah kita bisa mengatur waktu kita? Time Management istilah orang modern.



Kalau dipanggil oleh atasan atau orang yang kedudukannya lebih tinggi saja, kita bersegera menemuinya; lalu kenapa ketika Allah Yang Menciptakan kita, Yang Maha Memberi Rejeki pada kita mengundang, kita malah bermalas-malas memenuhinya? Di mana logikanya? Marilah kita ingat bahwa yang memanggil kita bukanlah ta’mir masjid, tapi Allah Yang Maha Tinggi (Al-‘Aliyy) dan Maha Memerintah (Al-Wâliy). Begitukah balasan kita terhadap Beliau yang telah menganugerahkan semuanya? Itukah bentuk rasa syukur dan bukti ucapan kita bahwa kita adalah hamba Allah?



Dalam kitab “Al-Mawâ‘izh al-‘Ushfûriyyah” dijelaskan bahwa Allah menganugerahkan hari Jum‘at untuk umat Nabi Muhammad saw., ridha Allah bersama hari itu dan surga sebagai hadiah bagi umat Islam. Tidakkah kita berbahagia mendapatkan kado terindah dari Yang Maha Pemberi (Al-Wahhâb)?



Mungkin kita akan berkilah, “Walaupun saya selalu datang terlambat, tapi kan saya mengisi kotak amal paling banyak.” Baiklah jika itu alasan kita. Pertanyannya adalah, “Bagaimana mungkin sesuatu yang hukumnya sunnah bisa mengalahkan yang wajib? Qa‘idah Ushul Fiqh bagian mana yang menjelaskan hal itu?”



Mungkin karena ilmu kita yang kurang sehingga kita berbuat seperti itu. Melaksanakan ibadah membutuhkan ilmu. Oleh karena itu marilah kita menambah ilmu, karena amal tanpa ilmu itu tertolak (wa kullu man bighayri ‘ilmin ya‘malu, a‘mâluhû mardûdatun lâ tuqbalu). Benarkah? Logikanya bagaimana? Misalnya kita tidak mengerti teknik reparasi televisi. Kemudian ada TV teman kita rusak. Karena niat baik ingin membantu teman, maka kita reparasi sendiri televisi itu. Apa akibatnya? Bukankah tetap rusak? Bahkan bisa lebih parah kan?

Bisa jadi kita masih berorasi, “Bukankah yang penting niatnya? Jangan bandingkan dengan reparasi TV, dong. Ini urusan ibadah. Tidakkah sudah jelas haditsnya bahwa amal itu tergantung niatnya (innamal a‘mâlu bin-niyyât)? Perbandingan yang sungguh tidak masuk akal!”

Jika kita memang ahli berdebat, baiklah. Jawabannya yaitu, “Yang tidak masuk akal adalah bagaimana mungkin kita sudah berniat terhadap sesuatu, tapi kita tidak mempersiapkan diri dan bermalas-malas ketika mengerjakannya. Kita seperti orang yang ingin kaya tanpa kerja keras, ingin pandai tapi tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh, ingin masuk surga tanpa harus ibadah secara istiqamah, atau ingin kenyang tanpa makan.”

Apa gelar yang disandangkan untuk orang seperti ini? Sebelumnya penulis haturkan maaf bila penjelasan berikut ini kurang berkenan di hati. Dalam kitab “Ta‘lîm al-Muta‘allim”, ada sebuah syair untuk orang ini :

وَالْجُنُوْنُ فُنُوْنٌ

Orang stres memang bermacam-macam.

Marilah kita ingat lagi ajaran agama Islam tentang bagaimana kita harus mendatangi shalat Jum‘at dan mendengarkan khutbah. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda,

مَنِ اغْتَسَـلَ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ غُسْـلَ اْلجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الْخَامِسَـةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَـةً، فَإِذَا خَرَجَ اْلإِمَامُ حَضَرَتِ الْملاَئِكَةُ يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ

“Setiap orang yang mandi pada hari Jum‘at seperti mandi besar (janâbah) dan kemudian pergi mengerjakan shalat (pergi di awal waktu), ia seolah-olah telah berkurban seekor unta (badanah); siapa yang pergi pada waktu kedua seolah-olah telah berkurban seekor sapi (baqarah); siapa yang pergi pada waktu ketiga seolah-olah telah berkurban seekor biri-biri (kabsyan aqran); siapa yang pergi pada waktu keempat seolah-olah telah berkurban seekor ayam (dajâjah); siapa yang pergi pada waktu kelima seolah-olah telah berkurbah seekor telur (baydhah). Dan ketika imam berdiri (untuk menyampaikan khutbah), para malaikat berkumpul untuk mendengarkan khutbahnya.” (HR Bukhari)

Kapan mandi sunnah pada hari Jum‘at dilakukan? Para ulama menjelaskan bahwa yang lebih utama adalah ketika akan berangkat shalat Jum‘at. Dengan demikian badan kita akan harum dan segar ketika melaksanakannya. Namun, sebenarnya mandi sunnah pada hari Jum‘at bisa dilakukan semenjak fajar (Subuh). Jadi, para pelajar, mahasiswa, guru atau pegawai bisa melakukannya sebelum berangkat ke sekolah atau tempat kerja. Caranya seperti mandi jinabat, yaitu meratakan air ke seluruh tubuh—dari ujung rambut sampai ujung kaki—tapi dengan niat untuk kesunnahan hari Jum‘at karena Allah.



Pada hari Jum‘at, kita diajarkan untuk memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi saw.

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيْهِ قُبِضَ وَفِيْهِ النَّفْخَةُ وَفِيْهِ الصَّعِقَةُ فَأَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ، قَالُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلاَتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ؟ فَقَالَ إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَى اْلأَرْضِ أَجْسَادَ اْلأَنْبِيَاءِ

Sesungguhnya yang paling utama dari harimu adalah hari Jum‘at. Di dalamnya diciptakan Adam, di dalamnya ia dicabut (nyawa), di dalamnya tiupan (sangkakala), dan di dalamnya keterkejutan. Maka, perbanyaklah shalawat kepadaku di hari itu. (Karena), sesungguhnya shalawat kamu diperlihatkan kepadaku. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana shalawat kami diperlihatkan sedang engkau telah usang (tulang belulangmu telah hancur)?” Rasulullah bersabda, “Allah ‘Azza wa Jalla mengharamkan atas bumi, jasad para Nabi.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)



Anjuran lain adalah membaca surat al-Kahfi. Di sebuah hadits shahih, Rasulullah bersabda :

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِيْ يَوْمِ الْجُمُـعَةِ أَضَاءَ لَـهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْـعَتَيْنِ

Siapa yang membaca surat al-Kahfi pada hari Jum‘at, niscaya Allah menyinarinya dengan cahaya selama antara dua Jum‘at. (HR Daruquthni dan Baihaqi)



Penulis pernah membuat sebuah analisa sederhana mengapa banyak jamaah mengantuk bahkan tertidur ketika khutbah. Jadilah sebuah hipotesis ala kadarnya. Hipotesis ini mengatakan bahwa karena hal itu dilarang, maka banyak orang melakukan. Buktinya, pada hari-hari biasa, ketika jam istrirahat, mengapa jarang sekali yang memanfaatkannya untuk tidur? Karena tidak ada yang melarangnya. Bisa jadi hipotesis ini benar adanya, namun bisa juga tidak. Toh penulis juga belum melakukan penelitian secara komprehensif. Memang, merupakan tabiat manusia, yang paling disenangi adalah sesuatu yang terlarang bagi dirinya.



Sahabat Ali bin Abi Thalib. sampai mengatakan, “Andaikata manusia dilarang untuk membuat bubur dari kotoran binatang, pasti dia akan melakukannya.” Penulis sendiri pun pernah mengalami kantuk ketika mendengar khutbah. Memang, dibutuhkan perjuangan yang berat untuk mengalahkannya. Berbeda ketika menjadi khatib, tidak mungkin mengantuk, karena harus berkhutbah :-).



Daftar Pustaka :

* Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, asy-Syaikh, “Al-Adzkâr an-Nawawiyyah”
*

Adi W. Gunawan, “Kesalahan Fatal dalam Mengejar Impian”, PT Gramedia Pustaka Utama, 2006
*

Ary Ginanjar Agustian, “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual – ESQ (Emotional Spiritual Quotient)”, Penerbit Arga, Cetakan Kedua puluh sembilan : September 2006
* Az-Zarnuji, asy-Syaikh, “Ta‘lîm al-Muta‘allim”
* Ibnu Hajar al-‘Asqalani, al-Hâfizh, “Bulûghul Marâm – Min Adillatil Ahkâm”
* Muhammad bin Abi Bakar, asy-Syaikh, “Al-Mawâ‘izh al-‘Ushfûriyyah”
*

Zainuddin Ahmad bin Abdul Lathif Az-Zabîdî, asy-Syaikh, “Ringkasan Shahîh Al-Bukhârî (Al-Tajrîd as-Sharîhli Ahâdîts al-Jâmi‘ as-Shahîh)”, Penerbit Mizan, Cetakan III : Dzulhijjah 1419/April 1999



http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/08/hidup-ini-memang-penuh-kelucuan.html

REMBULAN DI MATA IBU

Kupandangi telegram yang barusan kubaca,Batinku galau.Ibu sakit Diah, pulanglah!



Begitu satu-satunya kalimat yang tertera di sana. Mbak sri menyuruhku pulang? Tapi …. Benarkah Ibu sakit?Bayangkan Ibu, dengan penampilannya yang tegar berkelebat. Rasanya baru kemarin aku masih melihatnya berjalan memberi makan ternak-ternak kami sendirian. Melalui padang rumput yang luas. Berputar-putar di sana berjam-jam. Mengawasi rumah kecil kami yang hanya berupa noktah dari balik bukit.



Tidak. Ibu bahkan tak pernah kelihatan lelah dimalam hari. Saat semua aktivitas seharian yang menguras kekuatan fisiknya berlalu. Ibu selalu kelihatan sangat kuat.Tak hanya kuat, dari mulutnya pun masih kerap terdengar ungkapan-ungkapan pedas, khususnya yang ditujukan kepadaku.



"Jadi perempuan jangan terlalu sering melamun Diah! Bekerja, itu akan membuat tubuhmu kuat!"komentarnya suatu hari padaku. Padahal, saat itu aku sama sekali tidak menganggur. Sebuah buku berada dipangkuanku. Tapi, Ibu tak pernah menghargai kesukaanku membaca. Di mata beliau, itu hanyalah kegiatan tak berguna yang tak menghasilkan.



Di waktu yang lain Ibu mengecam kebiasaanku rapat dengan para pemuda desa. Ibu sama sekali tak mau mengerti kalau rapat-rapat yang kulakukan bukan tanpa tujuan. Kalau kami, anak-anak muda yang berkumpul disana sedang mencoba menyumbangkan pemikiran bagi kemajuan desa. Bagi wanita sederhana itu, menghalau ternak lebih berguna daripada bicara panjang lebar, dan adu pendapat.



"kau pikir bicara bisa membuatmu mendapatkan uang?"Ingin sekali saat itu aku mengangguk dan menantang matanya yang sinis. Tak tahukah Ibu, di kota sana, banyak sekali pekerjaan yang mementingkan kemampuan bicara. Seharusnya Ibu melihat kegiatan pemilihan lurah desa, dan tak hanya berkutat dengan ternak - ternaknya di padang rumput.



Pak Kades takkan terpilih kalau dia tak punya kemampuan meyakinkan dan menenangkan rakyatnya!Akan tetapi, kalimat itu hanya ketelan dalam hati. Tak satu pun kumuntahkan di hadapannya.Caraku berpakaian pun tak pernah benar dimatanya. Ada saja yang salah. Yang tak rapilah, kelihatan kelaki-lakianlah dan segalanya.



Sebetulnya aku heran, kenapa tiga mbakku yang semuanya perempuan itu bisa melalui hari dengan keterpasungan pemahaman Ibu. Mereka bisa sekolah, paling tidak sampai es em pe dan es em a tanpa banyak bertengkar dengan Ibu.Lulus sekolah, menikah dan punya anak … dan sekali lagi, tanpa mengalami pertentangan dengan Ibu. Sedangkan aku?



Rasanya tak ada satu hal pun, yang pernah kulakukan, yang dianggapnya benar. Selalu saja ada yang kurang.Dahulu sekali aku pernah mencoba menyenangkan hati wanita itu. Kucoba memasakkan sesuatu untuknya. Meski semua saudaraku tahu, aku benci kegiatan dapur itu. Hasilnya? Aku menyesal telah mencoba karena Ibu sama sekali tak menghargai usahaku.



"beginilah jadinya kalau anak perempuan Cuma bisa belajar. Tak tahu bagaimana memasak! Siapa yang mau menikahimu nanti kalau begini Diah?"Dan saat itu aku makin tersungkur dalam ketidakberdayaanku menghadapi Ibu. Perlahan aku malah berhenti berusaha menenangkan hatinya.



Aku capek.Maka saat ada kesempatan pergi meninggalkan rumah, dan meneruskan pendidikan ke bangku kuliah, dengan peluang bea siswa, kegempur habis kemampuanku, agar kesempatan itu tidak lepas dari tangan.



Aku harus pergi, menjauh dari Ibu, dari komentar - komentarnya yang menyakitkan.Masih terngiang di telingaku suaranya yang bernada mengejek waktu melihat aku mempersiapkan diri menghadapi tes bea siswa itu.



"Kau tak kan berhasil Diah! Tak usah capek-capek! Wanita akan kembali ke dapur, apapun kedudukannya!"Tak kuhiraukan kalimat Ibu. Seperti biasa aku selalu berusaha menahan diri. Setidaknya hingga saat itu. Kala pertahanan diriku roboh ke tanah. Dan untuk pertama kali aku berani menantang matanya yang selalu bersinar sinis, dan kurasakan tanpa kasih.



Saat itu aku merasa begitu yakin. Wanita tua yang kupanggil Ibu selama ini, tak pernah dan tak akan pernah mencintai diriku!





"Diah … kok melamun?"Aku mengusap air mata yang menitik. Laila yang menangkap kesedihanku menatapku lekat. Ada nuansa khawatir pada nada suaranya kemudian."ada apa? Tulisanmu ada yang ditolak? Mana mungkin!" ujarnya mencoba melucu.



Aku tertawa pelan, mencoba mengurangi beban dihatiku, kubalas tatapan matanya. Wajah tulus sahabat baikku itu memancar di balik kerudung coklat yang dikenakannya.Aku berdehem berat."Li … percayakah kamu kalau aku bilang, ada Ibu yang tak pernah mencintai anaknya?".



Laili menatapku bingung. Pertanyaan ini mungkin aneh di telinganya. Apa lagi aku tahu keluarganya adalah keluarga terhangat yang pernah kutemukan. Ibu Laili tak hanya bijaksana, tapi juga selalu melimpahinya dengan banyak kasih dan perhatian. Jauh sekali bila dibandingkan Ibu!



"Aku rasa, mencintai adalah naluri yang muncul otomatis saat seseorang menjadi Ibu, Diah! Itu karunia Allah yang diberikan pada setiap Ibu. Rasa kasih, mengayomi, dan melindungi!" jawab Laili hati-hati.



Aku mengalihkan pandangan dari matanya. Kami sudah tinggal satu kos selama hampir lima tahun. Kupercayakan seluruh kegembiraan dan saat-saat sulitku padanya. Tapi, tak pernah sekalipun aku bercerita tentang Ibu, dan ketidakadilan yang diberikan wanita itu padaku.



Sekali lagi airmataku menitik. Ingat, selama kurun lima tahun ini, aku tak pernah menjenguk Ibu. Ya, tidak sama sekali pun! Meski batinku terasa kering. Bagaimanapun sebagai anak, aku punya kasih yang ingin bisa kupersembahkan pada wanita yang melahirkanku.



Sayangnya, tak pernah ada kesempatan bagiku untuk mewujudkannya itu. Ibu tak pernah menangkap sinar kasih dimataku, apalagi membalasnya dengan pelukan hangat. Ibu tak pernah peduli!



Bagaimana aku tidak mulai membencinya secara perlahan? Mungkin tidak dalam artian kata benci sesungguhnya. Terus terang, aku mulai menghapus namanya dalam kehidupanku.Dalam tahun-tahun yang telah kulalui aku hanya mengirim surat dan foto pada semua kakak dan keponakanku. Tak satu pun kualamatkan untuk Ibu. Kalaupun secara rutin kusisihkan uang honor menulisku untuk Ibu, itu pun tak pernah kukirimkan langsung. Selalu lewat salah satu kakakku. Paling sering lewat mbak Sri.



Aku belajar menyingkirkan kebutuhanku akan kasih sayang dan sikap keibuan darinya. Aku belajar … melupakan Ibu!"Diah … kenapa kamu menanyakan itu?" suara Laili kembali terdengar. Batinku makin kisruh.Apa pendapatnya kalau tahu, teman baiknya, selama ini telah melupakan Ibunya? Padahal dalam Islam tertera jelas keutamaan untuk berbakti dan menghormati Ibu. Selama ini aku selalu berdalih di hadapan-Nya dalam shalat - shalat yang kulalui.



Bukan aku tak mencintainya. Tapi … sepertinya itu kehendak Ibu sendiri untuk dilupakan!"Ibuku sakit Li! Apa yang harus kulakukan?"tanyaku akhirnya tanpa daya.Laili tersenyum. Tangannya kembali menggenggam jemariku."Itu aja kok, bingung! Barangkali dia kangen padamu. Tengoklah Ibu, Di! Eh, kapan terakhir kali bertemu?"Teman baikku itu seperti teringat saat-saat libur kuliah yang tak pernah kumanfaatkan untuk pulang kampung, sebaliknya malah berkunjung ke tempatnya atau menghabiskan waktu di kos, merentang hari.



"Aku tak pernah pulang, Laili. Sudah lima tahun!"jawabanku membuat Laili tersedak. Pantas saja gadis itu kaget. Lima tahun bukan waktu yang singkat."Kamu harus pulang secepatnya, Di! Biar aku yang memesankan tiket kereta. Jangan lupa bawa oleh-oleh untuk Ibumu. Hm…apa ya, kesukaan beliau?"



Tiba-tiba Laili dilanda kesibukan dan kepanikan luar biasa. Seakan membayangkan mengunjungi ibunya sendiri, yang tak pernah ditemuinya selama lima tahun!



"Tak perlu repot-repot Laili! Biar kuurus sendiri!" tolakku halus, tetapi Laili tetap bersikeras."Hey … jangan begitu dong, Di!selama ini kamu selalu repot-repot saat mengunjungi kami. Jadi .. biarkan aku yang mengurus perjalananmu kali ini. Lagi pula, kamu masih harus mempersiapkan presentasi skripsimu, kan?"Aku menyerah.



Sebelum Laili pergi, aku menatapnya sekali lagi,"Kamu yakin aku harus pulang, Li?"Pertanyaanku hanya disambut senyum hangatnya."Tentu, pulanglah, Ibu pasti kangen kamu Diah!"Ahh… andai Laili tahu, perempuan macam apa Ibuku itu! Beliau lebih keras dari karang Laili, karang masih bisa terkikis air laut, tetapi Ibuku?



Rumah mungil kami tak banyak berubah. Juga rumah petak-petak kecil disampingnya. Dimana ketiga mbakku dan keluarganya tinggal.



Saat aku masuk kedalam, kulihat ruangan tampak tidak serapi biasanya. Barangkali kehilangan sentuhan tangan Ibu. Mbak Sri bilang, setahun belakangan ini Ibu beberapa kali jatuh sakit. Akan tetapi, beliau tidak pernah mengijinkan mereka mengabarkan padaku.



Karena Ibu tak butuh kehadiranku, bisikku dalam hati.Mbak Ningsih yang melihat kecanggunganku menjelaskan. Di pangkuannya duduk dua bocah cilik bergelayut manja."Ibu tak ingin aku mengganggu kuliahmu, Diah!"Aku tersenyum sinis mendengar perkataan kakak tertuaku itu. Sejak kapan Ibu memikirkan kuliahku? Bukankah baginya anak perempuan Cuma akan ke dapur?





<


Tapi, aku tak merasa perlu diyakinkan. Aku kenal Ibu. Dan selama jadi anaknya, tak pernah Ibu bersikap kasih padaku. Tidak sekali pun, perkataan kakak-kakakku barusan semata-mata untuk menyenangkan hatiku. Agar aku tak merasa kejadian lima tahun yang lalu, pertengkaran hebatku dengan Ibu. Pertengkaran yang makin memantapkan hatiku untuk pergi.



Malam itu Ibu berkali-kali menumpahkan kalimat-kalimat pedas padaku. Tujuannya satu, agar aku tak pergi.Bagiku, sikap Ibu saat itu sangat egois dan kekanak-kanakan. Sementara orang lain akan menyambut gembira keberhasilan anak-anaknya meraih bea siswa macam ini, beliau sebaliknya. Tak tahukah Ibu, kalau aku harus menyingkirkan ribuan orang untuk meraih prestasi ini?Kucoba menuliskan telinga, tetapi kalimat-kalimat pedasnya tak berangsur surut. Malah bertambah keras.



"Pergi ke kota bagi perempuan macam kau Diah, hanya akan menjadi santapan laki-laki! Tak ada tempat aman kecuali di kampung sendiri. Ibu tak ingin kau membuat malu keluarga. Pulang dengan membawa aib!"



Astagfirullah … Ibu kira perempuan macam apa aku? Mulutku sudah setengah terbuka siap membantahnya, tetapi ketiga saudaraku mencegahku. Melihat sikapku yang menantang, kemarahan Ibu makin tak terbendung.



"Jangan coba membantah! Kurang baik dan terpelajar apa si Retno? Lalu Sumirah? Bahkan anak pak Haji Tarjo? Pulang-pulang malah jadi perempuan jalang! Aku tak ingin punya anak jalang!"



cukup! Aku tak bisa menahan kesabaranku lebih lama. Darahku seperti mendidih mendengar kalimat-kalimat Ibu. Kalau saja Ibu cukup mengenalku, kalau saja Ibu punya sedikit kepercayaan pada anaknya sendiri!?? Ibu Cuma percaya pada dirinya sendiri. Seakan semua orang akan mengalami nasib buruk.



Saat ditinggal Bapak! Ya, Bapak memang meninggalkan kami. Janjinya, bahwa, lelaki itu akan kembali dari kota dengan membawa perubahan pada nasib kami, cuma omong kosong. Di sana Bapak justru menikah lagi. Dan Ibu yang menganggap dirinya sempurna sebagai wanita, merasa sakit hati. Setelah itu semua yang berbau pembaruan dan kemajuan dimusuhinya habis-habisan. Termasuk niatku ke kota untuk mencari ilmu.



Kutatap mata Ibu dengan sikap menantang. Suaraku bergetar saat berkata-kata padanya."Seharusnya Ibu bangga padaku! Seharusnya Ibu menyemangati, bukan malah terus-terusan mengejekku, Bu! Sekarang Diah tahu kenapa Bapak meninggalkan Ibu!" kataku berani.



Di depanku, Ibu menatap mataku tajam. Matanya diliputi kemarahan atas kelancanganku."Kenapa Bapak meninggalkan Ibumu? Ayo jawab, kenapa?!!!Sia-sia usaha mbak-mbakku yang lain untuk mengerem mulutku. Dalam kemarahan, kulontarkan luka yang mungkin akan melekat selamanya di hati Ibu.



"Karena Ibu picik! Itu sebabnya!"Kubanting pintu kamarku dan mengurung diri semalaman. Menangis. Batinku puas, telah kukatakan apa yang menurutku harus didengar Ibu.



Besoknya, pagi-pagi sekali, hanya berpamitan pada mbak-mbakku, aku pergi, dengan bongkahan luka di hatiku. Barangkali juga di hati Ibu. Tapi, aku tak peduli.Saat aku mengenal Laili dan teman-teman Muslimah lain. Baru kusesali sikapku. Seharusnya aku tak bersikap sekasar itu pada Ibu. Tak membalas kekasarannya dengan tindakan serupa.



Meski begitu, penyesalanku tak bisa mengubah perasaan yang kadung hampa terhadap Ibu. Aku masih tak menyukai wanita yang melahirkanku itu. Seperti juga beliau tak menyukaiku.





"Diah … Ibu sudah bangun."Mbak Sri menyentuh tanganku. Mengembalikanku dari kenangan masa lalu.



Kubuka pintu kamar Ibu. Suara derit engsel yang berkarat terdengar. Kulihat Ibu terbaring lemah di dipan. Keperkasaannya selama ini, kulihat nyaris tak tersisa. Tangan kurusnya mengajakku mendekat.



Di bawah cahaya lampu teplok, kurayapi wajahnya yang penuh guratan-guratan usia. Ibu tampak begitu tua."Apa kabarmu Diah?" suaranya nyaris berupa bisikan."Baik, Bu." Kusadari suaraku terdengar begitu datar. Barangkali mewakili kehampaan perasaanku.



Ibu tak memandang kaget penampilanku, yang pasti merupakan pemandangan baru baginya. Atau Ibu terlalu sakit untuk mencela busana muslimah yang kukenakan? Sekali lagi hatiku berkomentar sinis, tanpa bisa dicegah."Kamu kelihatan kurusan Nduk!" ujar Ibu setelah beberapa saat kami terdiam.



Aku tak menanggapi. Sebaliknya, mataku mengitari ruangan kecil itu. Semuanya hampir tak berubah. Kenapa Ibu bertahan dalam kesederhanaan ini? Bukankah seharusnya dengan ternak - ternak itu Ibu mampu hidup lebih layak? Belum lagi ketiga mbakku, mustahil mereka tidak memberikan tambahan masukan, biarpun sedikit, untuk Ibu.



Aku memperhatikan ranjang Ibu. Kasur tipis diatas dipan yang pasti tak nyaman untuknya. Cahaya penerangan pun tidak memadai. Padahal, di rumah ketiga saudara perempuanku sudah diterangi cahaya listrik. Lalu … uang kirimanku yang rutin meski tak seberapa mestinya cukup meringankan Ibu. Tapi kenapa?





Kulihat meja jati tua disamping Ibu. Ada beberapa botol obat di sana. Kertas-kertas dan beberapa foto yang dibingkai. Kudekatkan tubuhku untuk melihat jelas. Mendadak mataku nanar … masya allah! Aku tak sanggup berkata-kata. Segera kutahan diriku sebisanya untuk tak menangis.



Ibu yang menyadari arah pandanganku menjelaskan, "Jangan salahkan mbakmu Diah. Foto-foto itu Ibu yang maksa minta. Kadang Ibu pandangi, jika Ibu kangen kamu. Lihat, itu pasti waktu kamu masih tingkat satu, ya? Belum pakai jilbab! Yang lainnya sudah rapih berjilbab."



Kulihat ibu tersenyum. Dimatanya ada kerinduan yang mendalam. Batinku kembali terguncang. Ibu kangen padaku? Betulkah? Apa yang membuat Ibu begitu berubah? Usia tuanyakah? Waktu lima tahunkah? Hatiku terus bertanya-tanya. Kemana larinya sikap keras dan ketus Ibu?"Tolong Ibu, Nduk, Ibu ingin duduk di beranda," pintanya sekonyong-konyong.



Kupapah tubuh ringkihnya keluar. Diatas sana langit mulai gelap. Beberapa bintang meramaikan rembulan yang mulai muncul. Langit jingga tampak terbias indah menyambut malam.



Bersisian kami duduk di beranda. Beberapa waktu berlalu dalam keheningan. Tanpa kata-kata, tetapi bisa kulihat wajah Ibu tampak cerah menatap langit yang dihias purnama. Lalu …"Ning … Ningsih…." Tergopoh-gopoh mbakku muncul mendengar panggilan dari Ibu."Dalem Bu…""Tolong ambilkan kotak kayu Ibu di bawah tempat tidur, ya…"Tak lama Mbak Ning sudah muncul lagi. Sebuah kotak kayu yang terlihat amat tua diserahkannya kepada Ibu."Bukalah Diah, itu untukmu. Ibu selalu takut tak sempat memberikannya kepadamu. Ibu sudah tua Diah," suara Ibu. Matanya masih menatap langit.



Meski tak mengerti, kuturuti permintaan orang tua itu. Dan tanpa bisa kucegah, kedua belah mataku terbelalak melihat isinya. Uang! Dimana-mana uang! Begitu banyak, darimana Ibu mendapatkannya?



Ibu terkekeh sendiri melihat keterkejutanku.Beberapa giginya yang sudah ompong terlihat."Itu untukmu Diah.."aku menutup kembali kotak kayu itu, kuserahkan kepada Ibu."Diah ndak butuh uang Ibu. Beberapa tahun ini sudah ada kerja sambilan. Jaga toko sambil nulis-nulis," ujarku berusaha menolak.



"Ibu tahu .. Ibu baca surat yang kirimkan kepada mbak-mbakmu .. tapi itu uangmu. Kau membutuhkannnya. Mungkin tak lama lagi." Suara Ibu memaksa.Ahh..wisudaku…itukah yang Ibu pikirkan?"Wisuda tak perlu biaya sebanyak ini, Bu …." Tolakku lagi."Tapi kau harus menerimanya Diah, itu uangmu. Uang yang kirimkan selama ini untuk Ibu lewat mbakmu. Sebagian ada juga hakmu dari penjualan ternak," jelas wanita itu lagi.



Aku melongo. Teringat dipan tua yang kasurnya tipis, lampu templok, kursi diruang tamu yang sudah jelek dan bufet yang kusam. Bukankah dengan uang itu Ibu bisa hidup lebih layak?'Kenapa tak Ibu pakai untuk keperluan Ibu?" tanyaku heran.Ibu hanya tersenyum. Matanya mencari-cari rembulan yang setengah tertutup awan.



"Ibu tak butuh uang sebanyak itu, Diah! Lagi pula .. Ibu khawatir tak bisa lagi memberimu uang.""Diah kan sudah jelaskan ke Ibu, Diah sudah bisa cari uang sendiri meski sedikit-sedikit. Ibu tak perlu repot memikirkan aku," ujarku keras kepala.



Tapi, lagi-lagi Ibu memaksaku.""Kau akan membutuhkannya Diah, untuk pernikahanmu nanti. Semua mbakmu hidup sederhana. Anak mereka banyak, mungkin tak kan banyak bisa membantumu jika hari itu tiba!"Deg! Hatiku berdetak. Untuk pernikahanku? Sejauh itukah Ibu memikirkanku?Kata-kata Ibu berikutnya bagai telaga sejuk mengaliri relung - relung hatiku.



"Maafkan Ibu jika selama ini keras padamu Diah! Kau benar … ibu memang picik! Itu karena Ibu tak ingin kau terluka. Ibu tak ingin kau kecewa. Itu sebabnya Ibu tak pernah memujimu. Kau harus punya hati sekeras baja untuk menapaki hidup. Ibu ingin anak bungsu Ibu menjadi sosok yang berbeda. Seperti rembulan merah jambu, bukan kuning keemasan seperti yang biasa kita lihat."Ibu menunjuk purnama yang benderang. Aku mengikuti telunjuknya. Batinku terasa lebih segar.



Rembulan merah jambu … itukah yang di inginkan Ibu, menjadi seseorang. Menjadi orang dalam arti sebenarnya. Punya karakter dan prinsip yang berbeda. Siap mengarungi kerasnya selama ini?



Hatiku berbunga-bunga. Semua kehampaan, kebencian, dan kekesalanku pada wanita tua itu tiba-tiba terbang ke awan. Aku tak lagi membencinya! Ternyata aku cukup punya arti dimata Ibu. Aku rembulan di hatinya! Tanpa ragu, kepeluk Ibu erat.



Bersama-sama, kami menghabiskan waktu yang tak terlupakan di beranda memandangi langit, dan … rembulan yang kini merah jambu dalam pandanganku!…



sumber : moslemworld.co.id



Di Kutip Ulang From : http://www.facebook.com/notes/kumpulan-cerita-penuh-hikmah/rembulan-di-mata-ibu/392246995841

Tuesday, September 21, 2010

♥●•٠·˙ Surat Cinta Untuk Istriku ˙·٠•●♥

Di Kutip dari •٠·˙ Di Atas Sajadah Cinta ˙·٠•



Assalamu Alaikum..



ke ribaan istriku sayang..



Sayang, aku tenang di sini kerana ku yakin kau telah menerima hakikat ini dengan tabah dan bijaksana. Hentikan tangisanmu di sana. Demi ketenanganku di sini. Yakinlah, perpisahan sebenar bukan kerana jaraknya destinasi. Tetapi oleh retaknya hati.



Perpisahan ini, insya-Allah akan menyuburkan cinta… sekiranya kita menerimanya sebagai satu didikan Allah. Yakinlah, kita akan bertemu dalam suasana yang lebih indah dan manis. Perpisahan ini adalah mahar buat saat yang indah itu.



Semoga perpisahan ini menguatkan jiwaku. Tiadalah ubat jiwa yang paling mujarab kecuali mencintai Allah. Dan dengan cinta itu nanti semuga kita saling menyintai kerana Allah – cinta yang lebih suci.



Kita dipaksa berpisah untuk “dijemput” ke daerah tauhid dan syariat-Nya. Selama ini kita terlalu banyak berlakon-lakon dan bermain-main dengan pelbagai alasan dan kemalasan. Aku pasrah dengan “paksaan” ini walaupun suntikannya terlalu sakit, ubatnya pahit.



Sayangku,Hadapilah kenyataan yang sudah termaktub sejak azali ini. Kesedihan dan air mata tidak akan meredakan hati apalagi menyelesaikan masalah. Aku sentiasa berdoa untukmu.



Ya Allah…Ampunilah dosa-dosa isteriku dan memaafkan semua kesalahannya. Kuatkanlah iman dan taqwanya… dengan Kau suburkan selalu dihatinya rasa hina, berdosa, jahil, lemah, miskin, berharap terhadap-Mu.



“Ya Rahim…Berilah dia kekuatan dan kesabaran dalam mendidik anak-anak kami. Agar ditangannyalah nanti tertempa zuriat yang soleh dan solehah. Bimbinglah kemarahannya, kebijaksanaannya, kesabarannya, kelembutannya, hukumannya dan segala-galanya dengan seimbang, agar dia terdidik untuk mendidik.”



“Ya Rahman…Maniskanlah akhlak isteriku semanis wajahnya. Hiasilah kata-kata dari lidahnya dengan kebenaran dan kelembutan, seperti Kau telah hiasi matanya dengan kecantikan. Berilah kecantikan dan keindahan hakiki dengan limpahan taqwa yang sejati.”



“Ya Rabbi…Lembutkan hati isteriku agar mudah ia mengadu-ngadu pada-Mu. Lenturlah jiwanya agar ia mudah merayu-rayu dan meminta-minta pada-Mu. Haluskanlah perasaannya agar dia mampu menangis dan merintih-rintih pada-Mu. Hancur dan remuk-redamlah dirinya dalam menerima didikan-Mu kerana di situlah pengiktirafan dia sebagai hamba-Mu.”



Sayang,Ramai pasangan berpisah kerana putus cinta. Namun lebih ramai yang terpisah kerana terlalu cinta. Bila cinta makhluk membelakangi cinta Allah, maka cinta itu akan kehilangan daya untuk bercinta sesamanya. Ia akan layu, kesepian dan keseorangan. Pada cinta yang ilusi begini… pertemuan adalah perpisahan. Tapi bila cinta itu cinta hakiki, berpisahkanpun masih bertemu.



Justeru, perpisahan ini untuk menyelamatkan. Perpisahan ini adalah mehnah yang akan menguatkan kembali ikatan perkahwinan. Ia adalah satu “reaksi berantai” kepada semua yang ada ikatan dengan kita. Agar semuanya bergantung dengan ALLAH semata. Jangan kita bergantung dengan selain-Nya.



Makhluk yang terhubung atas nama suami, isteri, ibu, bapa, anak, adik, abang, kakak, saudara, sahabat atau apa sahaja akhirnya akan pergi jua. Sesungguhnya, perpisahan adalah cara Allah “mencantas” pergantungan hati kita dengan yang bernama suami, isteri, ibu, bapa, anak dan saudara.



Hakikatnya saat itu pasti tiba. Mati boleh terjadi bila-bila. Ketika itu jika hati tidak bersedia… pedih dan sakitnya tentu terlalu. Mungkin hilang kewarasan, mungkin luntur semangat, kecewa untuk meneruskan hidup. Dan paling khuatir, terhakis iman, tercalarnya tauhid.



Sayang… bergantunglah pada Allah kerana hubungan kita dengan-Nya tidak akan dipisahkan istilah janda, duda dan yatim. Sedangkan hubungan kita sesama manusia tidak dapat tidak, pasti diputuskan oleh MATI. Justeru… anggaplah perpisahan ini satu persediaan untuk menghadapi saat mati yang sudah pasti datang.



Syukur … kerana dahulu pernah aku terlintas, bagaimana nanti kalau kalau salah seorang daripada kita dipanggil pulang oleh Allah? Apakah ketika itu hati akan redha? Ah, lantaran benci merasainya, fikiran dikunci daripada memikirkannya…. Padahal itu sudah pasti. Oh! Tuhan, benci betul rupanya kita kepada mati.



Angkuh betul kita dengan ‘milik’ pinjaman Allah ini. Seolah-olah isteri, suami, anak-anak dan lain-lain itu benar-benar kepunyaan kita. Terlalu berat untuk memulangkannya. Sebab ‘memulangkannya’ bererti berpisah!



Tidak sanggup kita “pulangkan” kembali bila tarikh pulangnya sudah tiba. Kini, alhamdulillah, pinjaman itu dipinta kembali oleh Allah buat sementara… aku diserahkan kembali olehmu, dan kau diserahkan kembali olehku kepada-Nya.



Didikan ini sangat mahal harganya. Inilah intipati iman kita kepada satu ayat Quran yang sangat pendek:“Sesungguhnya kita kepunyaan Allah, dan kepada Allah kita akan dikembalikan.”Bersedialah untuk menghadapi yang terburuk akibat perpisahan ini. Namun jangan sekali-kali terputus dari berharap sesuatu yang terbaik.



Doaku dan doamu pasti dicelahi oleh rasa bimbang takut-takut tidak diperkenankan tetapi padamkanlah segalanya dengan satu keyakinan bahawa ia pasti diperkenankan. Amin. Yang penting… bukan diperkenankan atau tidak, tetapi semoga Allah tingkatkan kesabaran, keimanan dan tawakal kita menghadapi apa jua takdir-Nya.



Isteriku, jangan dipinta ringankan ujian, tetapi pintalah ‘beratnya’ iman untuk menghadapi ujian itu!



salam,suamimu...

Monday, September 20, 2010

♥●•٠·˙ Duhai Kanda, Jadilah Surga Di Taman Hatiku ˙·٠•●♥

Ku persembahkan untuk (calon) Pendampingku yang berjiwa hanif

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh,


Duhai Kanda...
Kupersembahkansebuah ayat dalam Al-Qur'an yang selalu kubaca disetiap kartu undanganyang selalu melayangkan pikiranku akhir-akhir ini. Hingga detik ini,aku senantiasa bertanya kapan namaku tercantum pada sebuah kartuundangan pernikahan? Siapa pula nama yang mengiringi namaku pada kartuundangan tersebut dalam rangka mitsaqan-ghalizha (perjanjian yangsangat berat) itu?

"Dan diantara tanda-tanda(kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu darijenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya danDia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yangdemikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagikaum yang berpikir." (QS. Ar-Ruum : 21)

Tiada kata yangdapat kuucapkan atas karunia Allah Ta'ala hingga pada waktu yang tepatnanti aku akan menikah dengan orang pilihan Allah Ta'ala yang telahditetapkan-Nya dalam kitab Lauh Mahfudz, kecuali syukur alhamdulillahuntuk-Nya. Nikmat dan anugerah ini sungguh begitu agung. Sesungguhnya,sudah aku jalani "proses" dengan laki-laki lain, tapi ternyata Allahtakdirkan engkau masih tersembunyi dibalik kuasa-Nya.

Menanti dengan ikhtiar dan doa yang penuh kesabaran tuk menghadirkanmu dalamhidupku merupakan anugerah dalam hidupku diantara anugerah-anugerahlain yang Allah Ta'ala berikan kepadaku. Diberi-Nya aku kesempatanuntuk lebih memperbaiki diri sebagai Muslimah hingga aku layak untukkau jemput kelak sebagai bidadarimu.

Subhanallaah! Fabiayyi alaairabbikumaa tukadzdzibaan..


Duhai Kanda..
Apakahyang saat ini sedang engkau lakukan? Semogalah engkau adalah seorangikhwan (laki-laki) yang sedang bersemangat mendekatkan diri kepadaAllah Ta'ala dengan bertaubat dari dosa-dosamu. Kembali kepada fitrahmusebagai manusia yang bejiwa hanif, memperbaiki diri detik demi detiksebagai bekal meninggalkan kampung penuh penipuan dan bersiap-siapmenuju kampung kekekalan.

Hingga pada saat kita dipertemukan oleh-Nya ( di tempat dan waktu yang tepat,


Kanda...
Padasaatnya nanti, jika Allah Ta'ala sudah berkehendak untuk mempersatukanhati kita, maka tak lagi kupermasalahkan maharmu yang dengan penuhkerelaan kau berikan kepadaku. Tidak kita hiraukan lagi bujuk rayusetan akan materi. Hingga engkau dapat memenuhi perintah Allah Ta'alayang berfirman :

"Dan berikanlah mahar (mas kawin) kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan" (QS. An-Nisaa : 4)

Niatsuci kita untuk menuju pernikahan yang barakah meluluh lantahkan hatikuuntuk menerima mahar darimu apa adanya, bahkan aku akan mempermudahengkau dalam masalah ini, hingga aku yakin bahwa insyaAllah aku bisamenjadi orang yang tersebut dalam sabda Rasulullaah Shallallaahu'alaihiwa Sallam :

"Wanita yang paling banyak mendapatkan berkah adalah yang paling ringan maharnya"

Danakhirnya kita berdua makin yakin, bahwa pernikahan kita akan sesuaisyari'at, sebagaimana Uqbah bin Amir radhiyallaahu'anhu berkata,Rosulullah Shallallaahu'alaihi wa Sallam bersabda :

"Sebaik-baik pernikahan ialah yang paling mudah"


Duhai Kanda...
Kemudian,HALAL-nya kita untuk saling mencintai karena Alloh Ta'ala. Seketika,penantian kita yang lama itu, akan membebaskan syahwat2 yang selama inikita pendam, bersamaan dengan meleburnya dosa-dosa kita lewat genggamanjari jemari kita.

kita akan semakin mengenal satu samalain, cinta makin subur ditaman hati masing-masing Pujian demi pujianyang mengekalkan cinta kita mulai bersemi indah. Karenanya ya kanda..Kelak, malam-malam yang indah itu akan engkau hiasi denganmembangunkanku disepertiga malam terakhir dengan lembut dengan atautanpa percikan air diwajahku. Kau ajak aku shalat malam bersamamudengan alunan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang memporak-porandakan tamanhatiku, meluluhlantahkan jiwaku dan menghanyutkan aku akan kecintaankupada Allah Ta'ala. Subhanallaah!

Fabiayyi alaairabbikumaa tukadzdzibaan..


Duhai Kanda..
Kuharapengkau adalah laki-laki penyabar dan dapat menghadapi kondisiemosionalku sebagai istri. Saat aku marah, saat aku salah, engkaumeluruskanku dengan cara yang sangat baik dan lembut. Karena kutahu,engkau senantiasa ingin beribadah dengan ikhlas dan ittiba' (mengikuti)Rasulullah Shallallaahu'alaihi wa Sallam.

Dan saat engkaumarah, sementara aku ikut terbawa emosi, maka engkau mengajakku untukberlindung kepada Allah Ta'ala, berwudhu, dan shalat dua rakaat.Apabila kita sedang berdiri, maka kita duduk, apabila kita sedangduduk, maka kita berbaring, atau salah satu dari kita akan mencium,merangkul dan menyatakan alasan kita. Apabila salah satu diantara kitaberbuat salah, maka kita akan saling memaafkan karena mengharapkanwajah Allah Ta'ala semata. (Fiqhut Ta'amul bainaz Zaujani)

Lantaskita mengunci rapat-rapat setiap pintu perselisihan dan tidakmenceritakannya kepada orang lain. Saling instropeksi, menyadarikesalahan masing-masing dan saling memaafkan serta memohon kepada AllahTa'ala agar senantiasa disatukan-Nya hati kita, dimudahkan urusan dalamKETAATAN KEPADA-NYA, dan diberikan kedamaian dalam rumah tangga kita.

"Betapa indahnya menjadi bunga ditaman hatimu..."


Duhai Kanda...
Engkaumemberiku makan apabila engkau makan, Engkau memberiku pakaian apabilaengkau berpakaian, Engkau tidak akan memukul wajahku, Engkau tidak akanmenjelek-jelekkan diriku, dan Engkau tidak akan meninggalkankumelainkan didalam rumah (yakni tidak berpisah tempat tidur melainkandidalam rumah)

Dengan keimanan dan ketaqwaanmu, engkautidak pernah berputus asa dalam mencari rizki. Berikhtiar danbertawakkal (menggantungkan harapan) hanya kepada Allah Ta'ala,sebagaimana perintah Rasulullah Shallallaahu'alaihi wa Sallam :


Kanda...,
Dinda memilihmu karena agama yang ada pada dirimu. Aku memilihmu karena akutahu bahwa engkau akan senantiasa menjagaku dan anak-anakku kelak dariapi Neraka. Kau ajarkan aku untuk taat dan bertakwa kepada Allah 'Azzawa Jalla

Sungguh, betapa engkau telah membawaku teringatdan bergetar saat engkau menasehatiku sambil membawakan firman AllahTa'ala : Hingga cita-citaku dan keinginanku tuk menjadi BUNGA DITAMANHATIMU sebagaimana Khadijah Radhiyallaahu'anha menemani RasulullaahShallallahu'alaihi wa Sallam sepanjang hidupnya dapat aku amalkanperlahan-lahan dengan bimbinganmu.

Kelak akan engkauajarkan pula aku untuk senantiasa berbakti kepada Orang Tua kita untukmenggapai ridha Allah Ta'ala. Birrul walidain (berbakti kepada orangtua)


Kanda...,
Betapa akuakan sangat taat kepadamu dengan segala ketaatan dan ketakwaanmu kepadaAllah Ta'ala dan ketaatanmu kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi waSallam. Hingga andaikata Allah Ta'ala tidak melarangku untuk bersujudkepada selain-Nya, maka engkaulah tempatku untuk bersujud memohonSurga... Temanilah diriku sampai matiku nanti, dampingi aku dalammelaksanakan amanah rumah tanggaku. Sesungguhnya, sebagai kepalakeluarga engkau akan ditanya dihadapan Allah Azza wa Jalla tentangpertanggungjawabanmu atas diriku sebagai istrimu. Juga anak-anak danrumah tangga sebagai beban di pundakmu.

Sungguh begituindah memilikimu dalam mitsaqan gholizha ini kelak... maka bagaimana akutidak akan memperhatikanmu, sementara engkau adalah surga dan nerakaku,


Duhai Kanda.... Karenanya... "JADILAH SURGA DITAMAN HATIKU...

"Semoga Allah Ta'ala segera mempertemukan kita dan senantiasamempermudah urusan kita dalam mitsaqan-ghalizha (perjanjian yang sangatberat) kelak.

Amin Ya Rabb..

Do not Accept if Seal is Broken

Saya pernah membaca sebuah kisah menarik yang saya juga sudah lupa-lupa ingat namun ceritanya kira-kira begini: Seorang yahudi bertamu ke rumah salah seorang Ulama. Ketika yahudi dan Ulama ini duduk di ruang tamu tiba-tiba melintas wanita berpakaian serba tertutup. Si yahudi pun kemudian bertanya kepada Ulama, “Ya Syaikh siapakah orang yang lewat tadi.” “Dia Istriku.” Jawab Syaikh. “Kenapa agama anda sangat berlebihan dalam mengatur pakaian wanita?” Syaikh terdiam dan tidak menjawab, kemudian katanya, “Maukah anda kuajak berjalan-jalan di pasar.” “Dengan senang hati.” Syaikh dan orang yahudi itupun pergi ke pasar yang tidak jauh dari rumah Syaikh. Tiba di pasar sang Syaikh langsung mengajak orang yahudi ke dekat penjual kue. “Ini ada bermacam-macam kue, namun ada yang tertutup dengan bungkusan ada yang terbuka, kira-kira kalau anda saya suruh memilih kue yang mana akan anda pilih, yang tertutup atau terbuka?” Tanpa banyak pikir Yahudi tersebut menjawab, “Tentu saya pilih yang tertutup, karena lebih bersih, terjaga dari serta sentuhan tangan yang bisa membawa kotoran dan penyakit.” Mendengar jawaban orang yahudi, Ulama tersebut langsung menyambung. “Begitulah agama kami menjaga wanita kami, mereka hanya milik kami, tidak boleh sembarang dilihat orang apalagi disentuh?” Konon mendengar jawaban Sang Ulama orang yahudi akhirnya mengucapkan dua kalimat Syahadat. Alhamdulillah. Do not Accept if Seal Is Broken. Jangan dikira ini hanya berlaku untuk botol air mineral dan sejenisnya. Ini berlaku juga bagi manusia lho. Orang mana sih yang mau dapat sisa? Sebejat-bejat apapun seseorang pasti yang dia dambakan adalah yang baik-baik. Sebelang-belangnya hidung lelaki dan berapapun banyaknya wanita ia nodai, jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia pasti menginginkan wanita pendamping hidup yang berhidung mulus alias ndak belang, bermata jeli tapi tak jelalatan dan suci alias…….. Seal Is Not Broken.

Cermin Kedermawanan Abu Bakar Ashidiq

Cermin Kedermawanan Abu Bakar Ashidiq

Oleh Prof Nanat Fatah Nasir

Suatu hari, Khalifah Abu Bakar hendak berangkat berdagang. Di tengah jalan, ia bertemu dengan Umar bin Khathab. "Mau berangkat ke mana engkau, wahai Abu Bakar?" tanya Umar. "Seperti biasa, aku mau berdagang ke pasar," jawab sang khalifah.

Umar kaget mendengar jawaban itu, lalu berkata, "Engkau sekarang sudah menjadi khalifah, karena itu berhentilah berdagang dan konsentrasilah mengurus kekhalifahan." Abu Bakar lalu bertanya, "Jika tak berdagang, bagaimana aku harus menafkahi anak dan istriku?" Lalu Umar mengajak Abu Bakar untuk menemui Abu Ubaidah. Kemudian, ditetapkanlah oleh Abu Ubaidah gaji untuk khalifah Abu Bakar yang diambil dari baitul mal.

Pada suatu hari, istri Abu Bakar meminta uang untuk membeli manisan. "Wahai istriku, aku tak punya uang," kata Abu Bakar. Istrinya lalu mengusulkan untuk menyisihkan uang gaji dari baitul mal untuk membeli manisan. Abu Bakar pun menyetujuinya.

Setelah beberapa lama, uang untuk membeli manisan pun terkumpul. "Wahai Abu Bakar belikan manisan dan ini uangnya," ungkap sang istri memohon. Betapa kagetnya Abu Bakar melihat uang yang disisihkan istrinya untuk membeli manisan. "Wahai istriku, uang ini ternyata cukup banyak. Aku akan serahkan uang ini ke baitul mal, dan mulai besok kita usulkan agar gaji khalifah supaya dikurangi sebesar jumlah uang manisan yang dikumpulkan setiap hari, karena kita telah menerima gaji melebihi kecukupan sehari-hari," tutur Abu Bakar.

Sebelum wafat, Abu Bakar berwasiat kepada putrinya Aisyah. "Kembalikanlah barang-barang keperluanku yang telah diterima dari baitul mal kepada khalifah penggantiku. Sebenarnya aku tidak mau menerima gaji dari baitul mal, tetapi karena Umar memaksa aku supaya berhenti berdagang dan berkonsentrasi mengurus kekhalifahan," ujarnya berwasiat.

Abu Bakar juga meminta agar kebun yang dimilikinya diserahkan kepada khalifah penggantinya. "Itu sebagai pengganti uang yang telah aku terima dari baitul mal," kata Abu Bakar. Setelah ayahnya wafat, Aisyah menyuruh orang untuk menyampaikan wasiat ayahnya kepada Umar. Umar pun berkata, "Semoga Allah SWT merahmati ayahmu."

Kisah yang tertulis kitab fadhailul 'amal itu sarat akan makna dan pesan. Di bulan Ramadhan ini, kita dapat mengambil pelajaran dari sikap dan keteladanan Abu Bakar yang tidak rakus terhadap harta kekayaan. Meski ia adalah seorang khalifah, namun tetap memilih hidup sederhana demi menjaga amanah.

Inilah sikap keteladanan dari seorang pemimpin sejati yang perlu ditiru oleh para pemimpin bangsa kita. Perilaku pemimpin, memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan masyarakat. Terlebih, bangsa Indonesia memiliki karakteristik masyarakat yang paternalistik yang rakyatnya berorientasi ke atas.

Apa yang dilakukan pemimpin akan ditiru oleh rakyatnya, baik perilaku yang baik maupun yang buruk. Dengan spirit Ramadhan, maka hendaknya para pemimpin memberi teladan untuk hidup secara wajar agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Wallahu 'alam.

IKHWAN

Seorang remaja pria bertanya pada ibunya: Ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati…

Sang Ibu tersenyum dan menjawab… Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya ….

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran… ..

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa …

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah…

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan…

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu…

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tetapi komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya. ..

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan…

Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca Al-Quran, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca…

….setelah itu, ia kembali bertanya… ” Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ibu ?” Sang Ibupun memberikan bukunya sambil berkata…. “Pelajari tentang dia…” ia pun mengambil buku itu “MUHAMMAD”, judul buku yang tertulis di buku itu…..

Doa2 September

Do’a Pagi ini :

"Alloohumma ashlih lii diiniilladzii huwa 'ishmatu amrii, wa ashlih lii dun-yaayallatii fiihaa ma'aasyii, wa ash-lih lii aakhirotiillatii fiihaa maaadii, waj'alil hayaata ziyaadatan lii fii kulli khoirin, waj'alil mauta roohatan lii min kulli syarrin"

[Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan!]


Doa pagi ini : Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dan sifat pengecut dan bakhil,dari tekanan hutang, dan kesewenang-wenangan orang. Amin ya Rabbal A'lamain


Doa hari ini :
Allahumma innii as’aluka ‘ilman naafi’an wa rizqan thayyiban wa ‘amalan mutaqabbalan.
Artinya : Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu ilmu yang berguna, rezki yang baik dan amal yang baik Diterima. (h.r. Ibnu Majah)
Semoga kita diberikan kemudahan dalam mencari ilmu,rezki dan amal yang baik..amin...

Sunday, September 19, 2010

Renungan Indah - W.S. Rendra

Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milik-ku

Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku

Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukum bagiku

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku

Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"....

Friday, September 17, 2010

Keyakinan

" ketika kita tidak bisa MELANGKAH MAJU maka MUNDURlah,
ketika kita tidak bisa MUNDUR maka BERTAHANLAHlah,
ketika kita tidak bisa BERTAHAN maka MENYERAHlah,
dan ketika kita tidak bisa MENYERAH, maka MATIlah untuk keyakinan yang kita perjuangkan"

andai aku seorang Lelaki

Andai Ku Seorang Lelaki…..





amati diriku didepan cermin


Kerudung panjang menjuntai hingga juyub


Dan jilbab wasyi’ ilal asfal menghiasi diriku


Mata ku masih sembab dan merah


Teringat bocah kecil di seret oleh tentara Amerika tanpa ampun


Tangisan dan jeritan anak perempuan yang diberondong dengan peluru


Wanita yang dilecehkan kehormatannya,


Disingkap jilbab yang melekat di tubuh dan hatinya


Seorang kakek tua dilindas kakinya dengan kendaraan tank baja tentara durjana


Hingga remuk tulang dan dagingnya


Seorang anak menangis dan bertanya pada Umminya


“Kenapa Ummi menangis?


Kemana Ayah Ummi?


Kenapa mereka membawa Ayah,


kata mereka Ayah adalah seorang teroris, benarkah itu Ummi?


Aku pernah mendengar dan melihat ditelevisi bahwa teroris itu jahat


Jika Ayah adalah seorang teroris


kenapa Ayah baik padaku?


Kenapa Ayah sering menyuapiku dan mengajariku Al-Qur’an?


Kenapa Beliau selalu berpesan padaku ‘Bertakwalah kepada Allah!!’


Jika mereka mengatakan Ayah adalah Teroris maka aku ingin seperti Ayah


Aku ingin menenteng senjata seperti Ayah.


Ummi janganlah menangis!


Aku yakin Ayah baik-baik saja karena Ayah pernah bilang padaku


‘ Sebentar lagi Ayah akan pergi ketempat yang indah dan disana dia akan membawakanku seekor merpati surga dan jilbab hijau untuk Ummi’.


Ku usap kembali air bening yang menggenang dipelupuk mata


Berapa puluh kali ku tonton film dokumenter itu


Tapi rasanya masih baru pertama kali kumenontonnya


Aku disini hanya bisa menangisi kondisi mereka


Sedang mereka wanita sebayaku sudah tak mengenakan mahkota kesuciannya lagi


Betapa masih nyamannya kondisiku


Betapa masih lelapnya tidurku


Betapa masih lahapnya makanku


Ku katakan pada kawanku….


“Aku ingin berjihad!


Aku ingin menenteng senjata!


Aku ingin membunuh tentara Amerika dan sekutunya!


Aku tak ingin mengharumkan tubuhku dengan parfum seperti para wanita rumahan


tapi aku ingin bermandikan keringat dengan debu jihad menempel disekujur tubuh!


Ku tak ingin menghias wajahku dengan make up


Tapi ku ingin mempercantik diriku dengan peluh dan debu


dengan lipstick takbir yang menghiasi bibirku yang meneteskan darah kebanggaan!”


Ha…ha…ha….


Seringai tawa sinis keluar dari mulutnya


“Ngeyel kamu…realistis dong…kamu seorang wanita…ga pantas menenteng senjata…


mendingan dirumah saja…urus dapur, kasur dan sumur, nikmati saja hidup ini mumpung masih muda!!”


ku terkulai lemas…


menyadari bahwa aku seorang wanita


yang tak bebas berkelana


terikat dengan aturan seputar wanita


yang dicipta khusus untuk mengatur kaumku


Ohhh…Tuhan….


Andai ku seorang laki-laki


Ku kan terjun ke medan jihad sekarang juga


Ku tak ingin menunda waktuku


Ku tak ingin hidupku berakhir ditempat tidur


Ku tak ingin tertawan oleh pukauan dunia yang fana


Ku tak ingin berlama-lama berada dalam zona kenyamanan


Tuhan…


Pilihlah aku menjadi tentaraMu


Jangan pandang genderku


Jangan pandang kelemah lembutanku sebagai seorang wanita


Yang tak pantas menenteng senapan dan geranat


Seperti kata kawanku


Tuhan…


Ku tak bermaksud melawan kodratku dan takdirMu


Seperti kaum feminis


Namun ku hanya seorang Hawa yang mencintaiMu


Seorang Hawa yang ingin mengamalkan kalam-Mu


Seorang Hawa yang ingin menggapai Jannah-Mu dengan berlari kencang bukan merangkak


Izinkanlah….


Ridhailah…


Wahai….kaum adam…


Beruntunglah kalian…


Perintah jihad dipercayakan pada kalian


Jangan sia-siakan kepercayaan-Nya


Ambillah sekarang juga


Jangan tunggu lagi


Sudah terlampau lama kalian berada dirumah menikmati hasil jerih payah kalian


Dan bermanja dengan istri dan anak-anak


Selamatkan saudara-saudara kita dari cengkraman para laknatullah ‘alaih


Kenakan kembali jilbab saudari-saudaraiku yang terkoyak


Jangan hiraukan suara-suara sumbang yang, menghambat perjalanan kalian


Kuatkan azzammu yaa.. para ikhwan…


Kuatkan azzammu…


Jangan biarkan azzam itu hanya sekedar dibibir


Dan diteriakkan di berbagai media


Tapi….


Buktikanlah…


Buktikanlah…


Persiapkanlah diri kalian…


Seperti apa yang dikatakanNya


Kami tungu hasil perjuangan mu…


Kami tunggu kabar kesyahidanmu…


Do’a kami menyertai kalian…wahai para peminang bidadari syurga…

Thursday, September 16, 2010

Setelah Israil tahu bahwa yang dianggap pemicu Holocaust, Hitler sebenarnya Yahudi

Kenyataan sudah terbuka, kejahatan Hitler sudah tidak dapat ditutupi lagi, tentang siapa sebenarnya Hitler sesungguhnya. Semua yang dituduhkan oleh Israil (baca Zionis) bahwa Israil memerlukan perlindungan dan kenyamanan bernegara dan menghindari dari kekejaman serupa Holocaust terulang lagi, ternyata sudah tidak ada artinya. Yahudi Israil seharusnya menyadari bahwa
Holocaust yang sudah diperkirakan membunuh sekitar 6 juta jiwa Yahudi, ternyata dilakukan oleh Hitler yang secara nyata dan autentik berdasarkan test DNA, berasal dari ras Yahudi sendiri. (Renungan Kemanusiaan)



Sebelum Perang Dunia I berlangsung, banyak pengamat perang kurang menyadari bahwa akan lahir sosok tokoh dunia yang hadir menjadi robot pembunuh dan penghancur nilai-nilai kemanusiaan. Dunia begitu lengah dengan ancaman kemanusiaan yang dihembuskan dari pikiran dalam buku Mein Kampf (Perjuanganku). Dalam buku tersebut, buah pikiran seorang pemuda Jerman yang lahir dan besar dalam “derita dan sengsara” di masa pemudanya, terbit bagai sinar terang di bumi Eropa. Banyak yang justru menjadi kagum dan mengidolakan sosok ini, Adolf Hitler.
Di masa kecilnya, pria yang lahir di Gasthof zum Pommer, sebuah penginapan di Braunau am Inn, Austria, dekat Jerman pada 20 April1889 itu dikenal sebagai pemuda yang membenci segala sesuatu yang berbau keyahudi-yahudian. Semenjak kecil, Hitler terbiasa hidup menyaksikan bagaimana orang-orang yahudi hidup dalam gelimang kemewahan dan kekayaan, sementara dirinya adalah pemuda biasa dan termasuk dalam kelompok “pelajar drop out”. Setelah ditolak untuk kedua kalinya pada sekolah seni, Hitler kehabisan uang. Pada 1909, ia hidup di penampungan untuk tunawisma.
Dalam karier politiknya yang akhirnya mengalami kegagalan dan kekalahan demi kekalahan, Hitler juga menyalahkan komunisme dan Yahudi atas situasi ekonomi yang buruk dan berhasil meraih dukungan militer dengan melaksanakan politik pembangunan peralatan militer Jerman. Hitler menyalahkan, menyerang, dan membunuh orang komunis dan Yahudi karena Hitler memiliki dendam pribadi pada orang - orang komunis dan Yahudi, dendam yang menghantui selama masa hidupnya.
Apalagi pola pikir Hitler yang memang teracuni dengan pendirian darwin, bahwa untuk bisa mempertahankan hidupnya lebih lama, manusia harus bertarung, menyusun kekuatan dan memusnahkan segala sesuatu yang menghalangnya walaupun penghalangnya adalah manusia! Dasar “dogma” ini mendarah daging dalam diri Hitler, sehingga membunuh semua penghalangnya dan menghapus “semua ras yang tidak unggul” merupakan prioritasnya. Bagi Hitler, ras yang tidak unggul adalah Afrika dan Yahudi. Ia menyamakan ras non-Eropa sebagai kera.
Hitler, Sang Penuai Kebencian, akhirnya melaksanakan rencananya, membumihanguskan berbagai kelompok etnis, keagamaan, bangsa, dan sekuler pada masa Perang Dunia II, yang dikenal dengan Holocaust. Holocaust merupakan tragedi mengerikan sepanjang sejarah dunia. Hitler yang memang sudah menyimpan dendam kesumat terhadap ras yahudi semenjak kecil, menjadikan ras Yahudi sebagai sasaran pertama dalam pembantaian genosida, dengan motor penggerak Partai Nazi. Ras Yahudi sebenarnya bukan satu-satunya ras yang hendak dimusnahkan oleh Hitler, tetapi hampir semua ras di dunia ini, kecuali ras Eropa. Darah Hitler benar-benar sangat gila ras-nya sendiri, bisa menguasai dunia dan menghapus ras-ras lainnya.
Jumlah korban Yahudi umumnya diperkirakan mencapai 6 (enam) juta jiwa. Pembantaian etnis yang diciptakan Adolf Hitler, antara lain, dengan tembakan-tembakan, penyiksaan, dan gas beracun, di kampung Yahudi dan kamp Konsentrasi. Selain kaum Yahudi, kelompok-kelompok lainnya yang dianggap kaum Nazi "tidak disukai" antara lain adalah bangsa Polandia, Rusia, suku Slavia lainnya, penganut agama Katolik Roma, orang-orang cacat, orang cacat mental homoseksual, saksi-saksi Yehuwa(Jehovah's Witnesses), orang komunis, suku Gipsi (Orang Rom atau Sinti) dan lawan-lawan politik. Mereka juga ditangkap dan dibunuh. Jika dihitung kelompok-kelompok ini dan kaum Yahudi juga, maka jumlah korban Holocaust bisa mencapai 9-11 juta jiwa.

Mengungkap Jatidiri Hitler sebenarnya
Selama sebelum Perang Dunia II, sebenarnya sudah ada yang memperingatkan bahwa dirinya sebenarnya satu ras dengan ras yang dibencinya, Yahudi. Tetapi peringatan tersebut dilalaikan dan dianggap tanpa dasar.
Seorang wartawan Jean-Paul Mulders dan sejarawan Marc Vermeeren yang melacak 39 kerabat dari Hitler. Penelusuran dilakukan sejak awal tahun ini, termasuk seorang petani Austria bernama Norbert.H yang merupakan sepupu Hitler dan seorang Amerika bernama Alexander Stuart-Houston, 61 tahun,, seorang keponakan buyut Hitler. Sebuah majalah berita Belgia melaporkan bahwa sampel air liur yang diambil dari kerabat Hitler ini menunjukkan bahwa pendahulunya berasal dari ras yang sangat ia benci. .Sampel DNA kerabat Hitler ini berupa kromosom yang disebut Haplopgroup E1b1b (Y-DNA). DNA yang sangat jarang ditemui di Jerman maupun Eropa Barat. Haplogroup E1b1b1, gen yang menyumbang sekitar 18-20 persen dari Ashkenazi daan 8,6 persen sampai 30 persen dari kromosom Sephardic-Y, menunjukkan garis keturunan utama penduduk Yahudi. Ayah Hitler, Alois, dipercaya merupakan keturunan sah dari seorang gadis bernama Maria Schickelgruber dan sorang pria Yahudi bernama Frankenberger

Hubungan Holocaust dengan kekejaman Israil di Palestina
Sampai detik ini, sebenarnya banyak yang “sedikit” mendukung terhadap apa yang dilakukan oleh tentara Israil di Palestina. Banyak “pembela” Israil, yang membalikkan masalah kekejaman di Palestina oleh tentara Israil, kepada kejadian sejarah Holocaust ini. Secara ilmiah sebenarnya tidak ada hubungannya, tetapi pendekatannya adalah “psikologis orang-orang tertindas” yang akan membalas ketertindasannya dengan menindas bangsa atau pribadi lain yang lebih lemah dari penindas yang menindasnya lebih dahulu. Dalam Holocaust, disebutkan hampir ada 6 juta nyawa Yahudi melayang tanpa ampun, maka seolah ini menjadi alasan kuat untuk membalaskan sakit dan dendam bangsa Yahudi dan dilimpahkan kepada bangsa Palestina, sebab tidak mampu untuk menyerang Jerman, selaku yang melahirkan Hitler.Nazi.
Pendekatan ini ada kemungkinan benar, sebab ketika ada serangan ke pihak Israil, baik oleh tentara palestina atau ancaman dari negara di timur tengah lainnya, selalu saja baik Amerika dan Israil, dan bahkan kelompok pendukung Israil, menyatakan bahwa Israil atau Yahudi berhak membela diri dari serangan. Inilah kondisi psikologis pribadi atau populasi yang sudah terkena serangan atau menjadi korban penindasan. Unsur ini melekat pada bangsa Yahudi, yang sudah mengalami penindasan dalam Holocaust, walaupun penyebab utamanya sampai saat ini belum jelas, apakah benar-benar Hitler atau justru Zionis sendiri. Atau bahkan Hiter merupakan bagian dari antek siluman Zionis.

Bagaimana jika kenyataannya penindas dan pembunuh bangsa Yahudi berasal dari Yahudi sendiri?
Kenyataan sudah terbuka, bahwa kejahatan Hitler sudah tidak dapat ditutupi lagi, tentang siapa sebenarnya Hitler sesungguhnya. Semua yang dituduhkan oleh Israil (baca Zionis) bahwa Israil memerlukan perlindungan dan kenyamanan bernegara dan menghindari dari kekejaman serupa Holocaust terulang lagi, ternyata sudah tidak ada artinya. Yahudi Israil seharusnya menyadari bahwa
Holocaust yang sudah membunuh sekitar 6 juta jiwa Yahudi, ternyata dilakukan oleh Hitler yang secara nyata dan autentik berdasarkan test DNA, berasal dari ras Yahudi sendiri.
Inilah kenyataanya,dan semakin hari dunia akan melihat dengan jernih persoalan dunia ini yang rumit dan semrawut, serta seperti benang kusut yang lusuh, yang teramat sukar untuk diselesaikan dan diurai. Akar masalah bagi Israil sebenarnya sudah jelas dan gamblang, bahwa tidak sepantasnya Israil dan dunia menyetujui pembantaian tentara Israil terhadap bangsa Palestina atau bangsa-bangsa lainnya mengatasnamakan pembelaan diri atau pembalasan atas tragedi Holocaust, sebab pelaku dan aktor utama Holocaust ternyata orang Yahudi sendiri.
Angkara murka Israil harus dihentikan dan diusahakan untuk memulai perundingan damai dan menghentikan kebencian dan permusuhan serta kecurigaan, dengan melibatkan seluruh komponen pendukung perdamaian, baik dari Yahudi atau bangsa lainnya.
Jika Israil tidak segera menghentikan aksi “pembalasan Holocaust” di bumi Palestina, maka lambat laun dunia akan mengurangi tingkat kepercayaannya terhadap Israil. Karena sudah jelas, bahwa penindasan yang dialaminya dilakukan oleh rasnya sendiri. Jadi, mengapa mesti ras atau bangsa lain yang dijadikan tumpuan dendam dan kebenciannya?
Sudah saatnya kode anti-semit yang selalu dituduhkan Israil terhadap orang atau bangsa yang tidak mendukung aksi kekejaman tentara Zionis Israil di arahkan ke dirinya sendiri, karena pribadi anti-semit ternyata lahir dari rahim yahudi sendiri.

Janganlah menjadi kera dungu, buruk muka bercemin, orang lain yang ditindas.

Sumber :
http://ahmadhaes.wordpress.com/2010/08/25/ternyata-hitler-yahudi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Adolf_Hitler
http://id.wikipedia.org/wiki/Holocaust
http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2010/08/24/3045/2/Jati-Diri-Hitler-Yahudi-Terbukti-melalui-Tes-DNA
http://ahmadhaes.wordpress.com/2010/08/25/ternyata-hitler-yahudi/

Nak

Nak, jauh sebelum kau hadir dalam kehidupan ayah dan ibu, kami senantiasa bermohon
kepada Allah Swt agar dikaruniai keturunan yang sholeh dan sholihah, yang taat kepada Allah,
berbakti kepada orang tua, rajin beribadah dan belajar, serta dapat menjadi penerus dakwah Ilallaah.

Banyak rencana yang kami rancang, agar kelak bila kau hadir, kami sudah siap menjadi orang tua
yang baik dan mampu mendidikmu dengan didikan yang sesuai dengan dinnul Islam, tuntunan kita
seperti yang dicontohkan oleh Rosulullah Saw kepada kita.

Ayah dan Ibu ingin, kelak bila Allah mengamanahkan kepada kami seorang putri, maka dia akan
berakhlaq seperti akhlaqnya Fatimah putri Rasulullah, dan bila Allah mengamanahkan seorang putra,
maka dia akan seperti Ali.

Setelah tanda kehadiranmu mulai tampak, Ibu sering mual, muntah-muntah, sakit kepala dan sering
mau pingsan, Ibu dan Ayah bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya, kami menjagamu sepenuh hati,
serta senantiasa berharap, kelak kau lahir sebagai anak yang sehat, sempurna dan menyenangkan.

Sejak dalam rahim, kami mencoba menanamkan kalimat-kalimat tauhid kepadamu dan berupaya mengenalkanmu
kepada Sang Pencipta, dengan bacaan ayat-ayat suci-Nya, dengan senandung-senandung shalawat Nabi,
dengan nasyid-nasyid yang membangkitkan semangat da’wah dan rasa keimanan kepada Allah yang Esa.

Saat kau akan lahir, Ibu merasakan sakit yang amat sangat, seolah berada antara hidup dan mati,
namun Ibu tidak mengeluh dan putus asa, karena bayangan kehadiranmu lebih Ibu rindukan dibanding
dengan rasa sakit yang Ibu rasakan. Ibu tak henti-hentinya berdo’ a, memohon ampunan dan kekuatan
kepada Allah. Ayahpun tidak tidur beberapa malam untuk memastikan kehadiranmu, menemani dan
menguatkan Ibu, agar sanggup melahirkanmu dengan sempurna. Bacaan dzikir dan istighfar,
mengiringi kelahiranmu.

Begitu kau lahir, sungguh rasa sakit yang amat sangat sudah terlupakan begitu saja. Setelah tangismu
terdengar, seolah kebahagiaan hari itu hanya milik Ibu dan Ayah. Air mata yang tadinya hampir
tak henti mengalir karena menahan sakit, berganti menjadi senyum bahagia menyambut kelahiranmu.
Ibu dan Ayah bersyukur kepada Allah Swt, kemudian Ayah melantunkan bacaan adzan dan iqomat ditelingamu,
agar kalimat yang pertama kali kau dengar adalah kalimat Tauhid yang harus kau yakini dan kau taati
selama hidupmu.

Saat pertama kali kau isap air susu Ibu, Ibu merasakan kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada tara.
Ibu ingin memberikan semuanya kepadamu, agar kau segera tumbuh besar dan sehat. Ibu berupaya supaya
ASI ini dapat mencukupi kebutuhanmu. Ibu berupaya untuk selalu dekat denganmu, dan selalu mengajakmu
kemanapun Ibu pergi, supaya kapanpun kau lapar, Ibu selalu siaga memberikan air surgawi karunia Ilahi
itu kepadamu.

Ibu berusaha untuk selalu siap siaga menjagamu, kapanpun dan dalam keadaan apapun. Saat malam sedang
tidur lelap, Ibu akan terjaga bila kau tiba-tiba menangis karena popokmu basah atau karena kau lapar.
Saat sedang makan dan kau buang air besar, Ibu dengan rela menghentikan makan dan mengganti popokmu dulu.
Dan semuanya, Ibu lakukan dengan senang hati, tanpa rasa risih dan jijik.

Sejak kau masih dalam ayunan, Ibu senantiasa membacakan do'a dalam setiap kegiatan yang akan kau lakukan.
Ibu bacakan do'a mau makan ketika kau hendak makan, do’a mau tidur ketika kau mau tidur, dan do’a
apa saja yang harus kau tahu dan kau amalkan dalam kehidupan keseharianmu. Ibu bacakan selalu ayat kursi
dan surat-surat pendek satu persatu setiap malam, dikala mengantarmu tidur, ayat-per ayat dan
Ibu ulang berkali-kali hingga kau sanggup mengingatnya dengan baik, dengan harapan kau besar nanti
menjadi penghafal Al Qu’ran.

Ketika kau sudah mampu berbicara, subhanallah, tanpa kami duga, kau telah hafal berbagai macam do’a dan
beberapa surat pendek. Ibu bersyukur dan bangga kepadamu. Muncul harapan dalam hati ini, kelak
kau tumbuh menjadi anak yang pintar dan rajin belajar.

Tatkala kau mulai belajar sholat, dan usai sholat kau lantunkan do’a untuk orang tua, walau dengan
bacaan yang masih belum sempurna, bercucur air mata ibu karena kau telah mampu melafalkan do’a itu.
Timbul harapan dihati yang paling dalam, kelak hingga ketika Ibu dan Ayah tiada, kau tetap melantunkan
do’a itu, karena do’amu akan memberikan kepada Ibu dan Ayah pahala yang tak henti-hentinya di
yaumil-akhir. Kaulah asset masa depan bagi umi dan abi. Kau akan mampu menolong umi dan abi di
yaumil-akhir nanti, bila kau menjadi anak yang sholihah.

Nak, kehadiranmupun memberikan kepada Ibu dan Ayah pelajaran yang sangat berharga, kau mengingatkan kami
tatkala masih sepertimu. Mengingatkan dengan lebih kuat lagi, betapa besar pengorbanan yang dilakukan
oleh kakek nenekmu kepada kami, hingga Ibu dan Ayah tumbuh dewasa dan bahkan sampai menjadi orang tua
seperti mereka.

Ibu dan Ayah sangat menyayangimu, karena kami ingin kaupun menjadi anak yang penyayang terhadap sesama.
Kami hampir selalu menyertakan kata sayang dibelakang namamu saat memanggilmu, supaya hatimu senang dan
gembira bersama Ibu dan Ayahi.

Saat kau memasuki usia sekolah, Kami carikan sekolah yang baik untukmu. Sekolah yang memiliki visi
pendidikan seperti yang Ibu dan Ayah inginkan. Alhamdulillaah, saat kau mulai sekolah, telah banyak
berdiri sekolah-sekolah Islam Terpadu, sehingga kami tidak kesulitan mencarikan sekolah untukmu.
Ayah mengantarmu ke sekolah setiap pagi dan Ibu mendampingimu selalu hingga kau berani ditinggal
di sekolah sendiri.

Keperluan sekolahmu selalu kami upayakan, walau kadang harus dengan susah payah, agar kau bisa
memperoleh pendidikan yang baik dan layak untuk kehidupanmu dimasa yang akan datang. Kami senantiasa
berupaya membimbingmu untuk dapat melakukan segala sesuatu, agar saat besar nanti kau mampu melayani
dirimu sendiri.

Bila Ibu dan Ayah tidak mau melayanimu untuk hal-hal yang sudah dapat kau lakukan sendiri, itu bukan
berarti kami tidak menyayangimu, tapi justru sebaliknya. Karena Ibu dan Ayah sayang sekali padamu,
kau tidak boleh terlalu dimanjakan, hingga saat kau besar nanti, kau jadi anak yang mandiri dan
serba bisa.

Maafkan Ibu dan Ayah bila sekali waktu (atau bahkan sering) memarahimu ketika kau membuat kesalahan
yang berulang-ulang. Sungguh, sebenarnya Ibu dan Ayah tak ingin memarahimu, namun kamipun sadar
bahwa kau harus tahu dan harus dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, agar
saat kau dewasa dan telah bergaul dengan masyarakat umum nanti, kau bisa memilih untuk selalu melakukan
yang haq dan meninggalkan yang bathil. Semoga kau tidak salah sangka.

Maafkan pula bila Ibu dan Ayah selalu membatasi tontonan dan bacaanmu, karena dewasa ini sangat banyak
media yang dapat merusak pendidikan yang sudah kami terapkan kepadamu. Itu semua kami lakukan,
agar kau terpelihara dari hal-hal negatif yang akan mendangkalkan akhlaq dan perilakumu. Ibu dan Ayah
ingin, kau menjadi anak yang faqih dalam hal agama, menjadi generasi Qur’ani, dan menjadi penerus dakwah
Ilallaah.

Inilah harapan Ibu dan Ayah kepadamu, sangat banyak dan sangat ideal. Oleh karenanya, kami senantiasa
memohon petunjuk dan bimbingan dari Allah Yang Esa, yang Berkuasa dan Maha Agung, agar tidak
salah langkah dalam mendidikmu.

Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzurriyaatinaa qurrota a'yun waj’alnaa lilmuttaqiina imaaman.

Wednesday, September 15, 2010

Luqmanul Hakim

Luqmanul Hakim menasehati anaknya : "Wahai anakku, dampingilah selalu para ulama dan jangan engkau banyak berdebat dengan mereka agar jangan dibenci oleh mereka." "Ambillah dari dunia sekedar keperluan dan biayakan (belanjakan) kelebihan hasil usahamu untuk Akhirat. Dunia jangan ditolak semua agar engkau tidak menjadi ‘parasit’ (orang yang menumpang hidup pada orang lain tanpa membalas apa-apa) yang menyusahkan manusia (orang) lain." "Berpuasalah selalu untuk menundukkan nafsumu, tetapi jangan sampai meletihkan badan sehingga merusak shalatmu karena shalat lebih utama dari puasa." "Janganlah engkau duduk berteman dengan orang yang bodoh, sombong dan jangan didekati orang yang bermuka dua."

Tuesday, September 14, 2010

Air Mata ketika Shalat Malam

Dr Aidh Al Qorni mengungkapkan dalam sajak tentang para sahabat seperti mush'ab bin Umair, Sa'd dan Kholid, dan juga Thariq dan Shalahuddin AlAyyubi:

Mereka adalah ahli ibadah malammanakala malam menyelimuti kegelapannya kepada merekaberapa banyak ahli ibadah yang pipinya dibasahi oleh air matanyadan berubah menjadi singa hutan bila seruan jihad memanggilmereka siap untuk mati merindukan pahala yang di dambakannyaWahai Tuhan kami jadikanlah kami termasuk golongan seperti mereka yang telah membangun kejayaan yang kini telah kami pudarkan
Sahab Ql, mari kita merunduk malu, memohon ampunan yang sangat. Agar segala kesilapan kita terhapus musnah. Amin...


Source : http://www.facebook.com/notes/qualiti-of-light/air-mata-ketika-shalat-malam/144563345578104

Wednesday, September 01, 2010

Kata2 Bijak September 2010

Bismilah,,, Ku kuatkan niat hati, pada sang Ilahi Rabbi, untuk menghambakan Diri, pada Bulan nan Suci...
Namun apa yang terjadi… Ku terjebak pada kelalaian Diri, disaat orang-orag ramai mengantri, mencari Ridho pada sang Pemberi. Ya Allah,,, Sadarkan Aku..
Bila adzan berkumandang aku bekerja dan sulit berhenti bahkan sering menganggap ringan seakan Aku hidup kekal Abadi…
‘Orang yang pintar itu adalah orang yg bisa mengendalikan dirinya, dia berkarya, dia beramal, untuk mempersiapkan Kematiannya’.


Mutiara Hikmah Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tiak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." Muttafaq Alaihi.


Sayyidah 'Aisyah Radhiyallah'anha bahwa dia bertanya "Ya Rasulullah apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi) apa yg harus aku ucapkan?" Beliau menjawab
"Ucapkanlah.. Allahumma Innaka Afuwwun kariim-tuhibbul afwa fa'fuanni -
Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan Mencintai orang yg meminta ampunan maka ampunilah aku."  (HR. Tirmidzi (3760) Ibnu Majah (3850) dari 'Aisyah sanad shahih)

Bismilah,,, Kemuliaan Hari Jum'at selalu membawa tentram di hati. Kesejukan rona hari, syahdu menyentuh Qolbu. Harus tetap mengencangkan Azam (tekad) dan tak boleh lengah dengan bisikan Syetan. Berbagi Indah, Bersama tenang, sujud penghambaan dan dzikir tetap terlafadzkan menyongsong Rahmat dan Magfiroh Allah di penghujung bulan nan suci yang penuh berkah.

Hikmah Jum'at ..“Barangsiapa yang beritikaf satu hari karena mengharapkan ridha Allah, maka Allah swt akan menjauhkan antara dia dengan neraka sejauh tiga parit, yang jarak antara satu paritnya lebih jauh daripada langit dan bumi” (HR Thabrani, Baihaqi, Hakim).

Bismilah,,, Pandangan Makhluk tak selamanya mengindahkan dan membuat nyaman di Hati. Merajut kasih bersama Sang Ilahi tak kan pernah terlukiskan kata dan terlafadzkan dengan sempurna. Sudah cukup lama menanti rindu kasih Ilahi karena lalai dan dosa diri yang selalu menggunung, akhirnya bisa Membuncah juga butir-buitr tasbih deras berderai membasahi pipi yang sudah lama gersang tak ter aliri air mata kesyahduan dan penghambaan Kepada-Nya. Ya Rabb, tetapkan kami dalam keteguhan Iman selalu dan selalu berikan kami kenikmatan saat beribadah kepada-Mu, amin..

Seorang Ibu laksana pendidikan* Bila dipersiapkan dgn baik* ia dpt membentuk pribadi yg baik&kuat tangguh* Ibu laksana taman* jk dijaga kelestariannya* tak selembar daun pun yg dimakan hama* Ibu adalah guru dr segala guru yg utama* Dia mampu menurunkan kemuliaan dr generasi ke generasi* Ibu begtu besarnya pengorbananmu..., skr aq lebh & lebh bs meraskn betapa besrnya pengorbanan mu Ibu

 Bismillahirrahmanirrahiim…
“Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa”
Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah bagiku.
Semoga hari ini hari di mudahkan dan yang paling terbaik diantara hari2 yang lain.. Amiin..

Hikmah pagi......Ku lihat RAMADHAN dari kejauhan..lalu kusapa ia, "Hendak kemana ?" dengan lembut ia berkata, "Aku harus pergi mungkin sangat  jauh & sangat lama. Tolong sampaikan pesanku untuk orang MUKMIN: Syawal akan tiba sebentar lagi, Ajaklah SABAR untuk temani hari-hari dukanya..Peluklah ISTIQOMAH saat dia kelelahan dalam perjalanan TAQWA, Bersandarlah pada TAWADHU saat saat kesombongan menyerang, Mintalah nasehat QUR'AN & SUNAH di setiap masalah yang dihadapi..Sampaikan pula salam & terima kasih untuknya karena telah menyambutku dengan sukacita. Kelak akan kusambut di SYURGA dari pintu AR-RAYAN"...Selamat meraih pahala terbaik didetik-detik terakhir Ramadhan...

Saat Ramadhan beranjak pergi dan
berpamitan dengan lembut ia berpesan bahwa Syawal akan menggantikan. Maka
Ajaklah SABAR untuk temani hari-hari dukanya..Peluklah ISTIQOMAH saat dia
kelelahan dalam perjalanan TAQWA, Bersandarlah pada TAWADHU sa...at saat
kesombongan menyerang, Mintalah nasehat QUR'AN & SUNAH di setiap masalah
yang dihadapi. Taqobalallahu mina wa minkum shiyamana wa shiyamakum, 
Mohon maaf lahir dan bathin


Mutiara Hikmah : Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan 6 hari pada bulan Syawal, maka puasa enam hari itu bagaikan puasa sepanjang masa. (HR. muslim)


"Dan orang-orang yang memelihara sholatnya. Mereka itu dimuliakan di dalam Surga." (QS. Al-Ma'arij [70]: 34-35) --><-- "Apakah yang membuat kalian masuk ke dalam Neraka Saqar?' Mereka menjawab; '(Karena) kami dulu tidak termasuk orang-orang yang mendirikan shalat.'" (QS. Al-Muddatstsir [74] : 42-43)


Bersyukurlah wahai dikau wanita sholehah;

Kau menyadari bhw wajahmu nan cantik mempesona &
terpelihara bukanlh milikmu.

...Di karuniai wjh yg indah justru kau smkn takut kpd Nya.
Krn tiada sedikit yg di karuniai wajah yg indah justru
menghantarkan dirinya sebagai penghuni neraka.

Rambut indahmu kau tutup karena ketaatanmu pd Nya,
krn kau sadar bhw neraka tiada sanggup
membakar sesuatu yg tertutup di jalan Nya.


Yang paling jauh dari Qt adalah masa lalu...
Yang paling dekat dengan Qt adalah kematian... yg paling berat itu menjaga amanah... yg paling ringan itu meninggalkan shalat... dan yg paling tajam itu lidah..


Do'a Berlindung Dari Penyakit Dan Hilangnya Nikmat
"Alloohumma Innii A'uudzu Bika Min Zawaali Ni'matik, Wa Tahawwuli 'Aafiyatik, Wa Fujaa'ati Niqmatik, Wa Jamii'i Sakhothik”
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu. (HR. Muslim no. 2739)
Amiin Allahumma Amiin ^_^


y robb.. jk rndu adl rs skt y tdk menemukan muaranya,pnuhilah rs sktQ dg rndu kpd-Mu n jdkan kematianQ sbg muara p'temuanQ dg-Mu..


Bismilah,,, Menata hati dgn penuh keikhlasan, menyambut mentari dgn penuh kesyukuran, terpancar senyum dari sanubari, atas rasa syukur pada Sang pemberi akan karunia Ilahi. Perjuangan adalah makna hidup yang sesungguhnya, kekurangan adalah letak kesempurnaan dri Manusia. Memberi dan terus melayani dlm menebar manfaat agar menjadi yg terbaik dihadapan-Nya kelak. Hidup untuk memberi, bukan memberi untuk hidup.

Apabila tidak dapat memberikan kebaikan kepada orang lain dengan kekayaanmu,
berilah kebaikan kepada mereka dengan wajahmu yang berseri-seri,
disertai akhlak dan budi pekerti yang baik...^_^


Bismilah,,, Keagungan cinta selalu membawa makna, kemurnian hati membawa pada ketawadhuan diri karena kesabaran akan selalu teruji. Anugerah hidup dlm setiap hembusan nafas mengiringi perjalanan diri dlm mencari Cinta yg Hakiki agar menjadi Insan berbudi dan pemenang sejati hingga memperoleh Jannah Ilahi Rabbi. Yakinkan diri untuk selalu berbakti dan mengabdi sekalipun jiwa dan raga tersakiti, karena inilah 'Kehidupan Sejati'. Hidup adalah Berilmu untuk Belajar bukan Belajar untuk Berilmu.


Andainya dapatku menulis Nota-nota cinta buat diri-Nya. Ingin ku titipkan bersama Semua kuntuman bunga Yang indah berseri. Apapun nota itu, terpenting bagiku serpihan2 nota cinta itu aku titipkan kepada Sang Maha Ulung..., Dialah yang tahu takdirku, harapanku, dan derap-derap tasbihku.., Subhanallah....(*serpihan).


Seburuk-buruknya rupa manusia...pasti terlihat Manis jika Santun Tingkah Lakunya, Sopan Tutur Bicaranya dan Taat kepada Tuhannya

Bismilah,,, Kesuksesan seseorang terlihat pada seberapa besar usahanya untuk menjadi diri sendiri bukan memola diri menjadi orang lain. Yakinlah Allah telah menganugerahkan bakan yg tidak akan ternilai. Oleh karenanya, kebiasaaan dan kekurangan seseorang adalah potensi kelebihan dari dirinya jika meraba dan bersyukur. Jangan abaikan potensi diri yg akan muncul dari kebiasaan.


Insfirasi hari ini : Wahai anak Adam, sepajang engkau memohon kepada-Ku dan berharap kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan, aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jiaka dosa-dosamu setinggi awan di langit kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau membawa kesalahan sebesar dunia kemudian engakau datang kepada-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu pun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula (HR. Tirmidzi)


Hikmah Pagi:
Rosulululloh SAW mengajarkan kepada seorang sahabat bernama Hushayn Ibnu Ubaid ibnu Khalaf yang baru saja masuk Islam dengan Doa
"Ya Alloh, jauhkan aku dari keburukan diri sendiri dan beri aku kemampuan untuk memilih yang terbaik dalam urusanku. Ya Alloh, ampunilah dosa-dosa yang kulakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, dosa-dosa yang kusengaja maupun yang tidak kusengaja, serta dosa-dosa yang tidak aku ketahui"


Tanam tebu dihalaman taman
agar rimbunnya sampai kedepan
Ceriakan hidupmu dengan iman
agar rahmatNYA merantai kehidupan