Nabi Muhammad saw pernah meramalkan, pada akhir zamanmanusia akan lebih senang memelihara binatang dibandingkan anak kandungnya sendiri. Makna dari ramalan ini adalah akan datang suatu masa dimana akan hilang perhatian orang tua untuk mendidik anaknya menjadi anak yang sholeh. Orang tua lebih sibuk dengan urusannya masing-masing. Mereka merasa cukup memberikan kebutuhan fisik, pakaian dan makanan. Namun, mereka lupa mengembangkan aqidah dan akhlaq anaknya. Hal ini diumpamakan mereka lebih mencintai binatang peliharaan dibanding anak kandungnya sendiri.
Jika binatang peliharaan, misalnya anjing, belum pulang saat maghrib tiba, ia akan bertanya kenapa anjingnya belum pulang. Ia merasa takut kalau anjingnya mendapat kecelakaan. Namun jika anaknya belum pulang, ia berkata, biarkan saja nanti juga akan pulang sendiri. Ia tidak merasa takut, apa yang terjadi dengan pergaulan anaknya.
Jika hal ini terjadi, dimana kebanyakan orang tua telah melupakan pengajaran akhlaq dan aqidah terhadap anaknya, maka secara perlahan akan menimbukan krisis generasi. Jangan disalahkan jika hubungan anak dan orang tua tidak lagi harmonis, anak tidak menghormati orang tua, dan orang tua merasa anaknya tidak berbakti. Akibat lebih lanjut, hubungan bebas antara laki-laki dan perempuan semakin merajalela, sehingga melahirkan anak yang tidak sah. Tidak sedikit pula anak menjadi kecanduan narkoba, tidak malu merampok, tidak malu menjual diri, membohongi orang tua , bahkan ‘naudzubilah’ berani membunuh orang tuanya sendiri.
Orang tua bisa saja rajin melakukan sholat, namun anaknya lebih senang berjudi dan mabuk-mabukan. Maka, hancur leburlah moral gerenasi mendatang yang pada akhirnya membawa malapetaka bagi seluruh umat manusia.
Dalam ajaran islam, orang tua hendaknya melaksanakan kewajiban terhadap anaknya. Dimulai memberi nama yang baik, mendidik sopan santun, mengajari olahraga, tidak memberi makanan kecuali yang halal, serta menikahkan saat anak mencapai dewasa.
Anak adalah aset dunia dan akhirat. Di saat tua renta, orang tua akan menyesal jika ia mendidik anaknya dengan harta semata. Tidak sedikit saat orang tua meninggal, si anak tidak bisa mensholatkan bapak atau ibunya, karena ia tidak mengerti syariat agama. Di akhirat kelak, anak yang sholeh akan menjadi investasi orang tuanya. Setiap kebaikan dari anggota badan anak, akan menjadi jariah yang terus mengalir bagi orang tua yang telah meninggal.
Kenyataannya, memang tidak mudah mendidik anak yang soleh. Tidaklah semudah membalikkan kedua belah tangan. Diperlukan perjuangan yang konsiten dan kesabaran. Anak haruslah dido’ain, diberi kasih sayang, diajarin aqidah dan akhlaq dan jangan menjadikan dirinya lemah.
Islam mengajarkan janganlah orang tua wafat meninggalkan keturunan yang lemah. Lemah disini mencakup tiga dimensi, yakni lemah tauhid, lemah pendidikan, dan lemah ekonomi. Ajarilah anak sejak dini mengenal Alloh, tata cara berwudlu, sholat dan ibadah lainnya sesuai dengan perkembangannya. Jangan biarkan anak lemah dalam pendidikan. Silahkan membeli kebutuhan hidup lain, namun jangan melupakan investasi pendidikan anak. Jangan pula membiarkan anak lemah dalam urusan ekonomi. Islam sangat melarang jika orang tua me-waqafkan seluruh harta bendanya, sementara anak yang ditinggal terlantar.
Semoga kita diberi kekuatan untuk mendidik anak yang sholeh, agar ia menjadi investasi diri di dunia dan akhirat…amien.
(Khutbah Jumat, 23 April 2010, mesjid Istiqomah Bandung, dengan sedikit penambahan dari penulis)
Source : http://www.nasehatislam.com/?p=695
No comments:
Post a Comment